Kesejahteraan guru masih menjadi sorotan di Indonesia. Kesejahteraan guru yang dinilai belum sepadan ini mengurangi minat menjadi guru di Indonesia. Lantas berapa gaji guru yang ideal?
“Gaji guru standarnya harus Rp 25 juta per bulan. Ini baru akan ideal di Indonesia, dan minat menjadi guru akan meningkat,” tegas Anggota Komisi X DPR RI Juliyatmono dalam Kunjungan Kerja Komisi X ke Jambi, Kamis (8/5/2025) seperti dilansir dari situs DPR, ditulis Minggu (11/5/2025).
Politisi Fraksi Partai Golkar ini menambahkan guru yang dihargai secara layak akan termotivasi lebih besar dalam mengajar. Dengan gaji guru yang sangat layak ini menurut Juliyatmono akan berdampak meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Juliyatmono juga menyinggung bahwa alokasi anggaran pendidikan yang saat ini mencapai 20 persen dari APBN belum sepenuhnya efektif menjangkau kebutuhan fundamental seperti peningkatan kesejahteraan guru.
“Spending anggaran dua persen (dari PDB) saya kira bisa menjangkau itu, karena sekarang masih tersebar di mana-mana, tidak fokus,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa pendidikan adalah jalan utama untuk memutus rantai kemiskinan.
“Hasil BPS kemarin sudah ditulis, kalau keluarga itu tingkat pendidikannya S1 saja, tentu sudah tidak miskin. Tapi kalau makin rendah, makin ekstrem miskinnya,” jelasnya.
Dengan revisi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) yang tengah dibahas, Juliyatmono mendorong agar kebijakan pendidikan nasional benar-benar meletakkan guru sebagai garda terdepan pembangunan sumber daya manusia.
“Guru adalah fondasi peradaban. Tanpa penghargaan yang layak, kita tak bisa berharap banyak dari sistem pendidikan,” katanya.
Kondisi Gaji Guru di Indonesia
Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tahun 2024, rata-rata gaji guru ASN golongan III baru berkisar Rp 4 juta-Rp7 juta per bulan, sementara guru honorer bisa jauh di bawah itu, bahkan di bawah UMR daerah. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan besar antara beban kerja dan penghargaan terhadap profesi guru.
Bahkan menurut laporan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2025 yang rilis per 5 Mei 2025, sektor pendidikan termasuk dalam 5 bidang usaha dengan gaji terendah di Indonesia dengan Rp 2,79 juta per bulan.
Sektor Pendidikan juga masuk dalam 4 lapangan usaha yang mengalami penurunan sebesar 1,73 persen.
Namun Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) sudah berusaha meningkatkan kesejahteraan guru dengan memberikan gaji dan tunjangan kepada guru honorer.
Guru non-ASN yang sudah bersertifikasi akan mendapat TPG sebesar Rp2 juta/bulan. Sehingga per Maret 2025 ini dana TPG yang akan diterima adalah Rp 6 juta. Sedangkan bagi guru ASN, TPG yang akan diterima sama dengan gaji pokok mereka per bulan. Besarannya bervariasi dikali dengan tiga bulan.
Ketentuan tentang TPG guru ASN tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2025 tentang petunjuk teknis pemberian tunjangan profesi, tunjangan khusus, dan tambahan penghasilan guru aparatur sipil negara daerah.
Sedangkan untuk guru honorer nonsertifikasi, sebanyak 310 ribu guru di Indonesia akan menerima bantuan senilai Rp 300 ribu/bulan pada Juli 2025 mendatang. Bila dihitung per semesternya, setiap guru honorer yang ditetapkan sebagai penerima bantuan akan mendapat dana sebesar Rp 1,8 juta/semester ataupun Rp 3,6 juta/tahun. Dana ini diharapkan Menteri Mu’ti bisa meningkatkan kesejahteraan guru honorer dan bisa digunakan untuk kehidupan sehari-hari.
Kemendikdasmen juga meluncurkan program bantuan pendidikan bagi guru untuk studi jenjang sarjana (S1) atau setara diploma 4 (D4). Program ini ditujukan untuk meningkatkan kompetensi guru Indonesia Mendikdasmen Abdul Mu’ti menyebut program ini dialokasikan untuk sekitar 12 ribu guru di seluruh Indonesia. Nantinya masing-masing guru akan mendapat dana bantuan sebesar Rp 3 juta/semester.
“Program bantuan pendidikan untuk studi D4 atau S1 bagi guru yang belum Strata 1 termasuk masing-masing 3 juta persemester dan itu dialokasikan untuk sekitar 12 ribu guru di seluruh Indonesia,” tutur Mu’ti usai kegiatan puncak peringatan Hardiknas 2025 di SDN Cimahpar 5, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat pada Jumat (2/5/2025).
Laporan UNESCO Global Education Monitoring (GEM) 2023 banyak negara menghadapi kekurangan guru sains dan matematika karena hanya sedikit yang memasuki profesi tersebut dan bahkan lebih sedikit lagi yang bertahan. Untuk mempertahankan guru, salah satu caranya adalah dengan menaikkan gaji guru.
Di negara-negara berpenghasilan tinggi, guru cenderung dibayar lebih rendah daripada pekerja dengan pendidikan yang sama di sektor lain.
Gaji guru SD di Republik Ceko meningkat lebih dari 50% antara tahun 2010 dan 2020, tetapi guru masih memperoleh gaji 26% lebih rendah daripada pekerja berpendidikan tinggi lainnya.
Di Swedia, misalnya, guru pendidikan dasar memperoleh penghasilan 20% lebih rendah daripada pekerja dengan pendidikan tinggi pada tahun 2020. Porsi ini tetap relatif stabil selama dekade terakhir, meskipun gaji guru telah meningkat lebih dari 20% dalam periode yang sama
Di Amerika Serikat, terdapat lebih dari 30.000 lowongan guru fisika pada 2019. Kebijakan untuk mendorong perekrutan, pelatihan, dan retensi guru dalam mata pelajaran ini mencakup bonus saat menandatangani kontrak, suplemen gaji, dan penargetan lulusan atau profesional yang saat ini memiliki karier non-mengajar.
Di Inggris, Britania Raya, target tambahan gaji kotor sebesar 8% untuk guru matematika dan fisika muda membuat mereka 23% lebih kecil kemungkinannya untuk meninggalkan jabatan mengajar mereka di pendidikan publik.
China sempat mengalami brain drain yang signifikan pada tahun 1990-an, termasuk dalam profesi guru. Namun China menjadi salah satu negara paling aktif dalam menarik kembali bakat-bakatnya. Pada tahun 2008, Program Seratus Bakat bertujuan untuk menarik 2.000 profesional dan akademisi dengan pengetahuan dan keterampilan utama di bidang teknologi yang sedang berkembang melalui langkah-langkah sosial dan keuangan, termasuk kompensasi gaji, subsidi dan tunjangan pendidikan dan perumahan, dan hibah penelitian. Pada tahun 2015, program ini merekrut lebih dari 3.000 profesional papan atas.
Sebaliknya, di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, nilai yang dilaporkan untuk indikator ini menunjukkan bahwa guru lebih mungkin memperoleh gaji yang lebih tinggi daripada profesional lainnya. Namun, tantangan pengukuran – termasuk pasar tenaga kerja formal yang kurang berkembang dan pendapatan yang tidak tertangkap – dapat mengaburkan perbandingan.
Sebuah studi yang dilakukan di 15 negara di Afrika sub-Sahara menemukan guru memperoleh gaji lebih besar dibandingkan pekerjaan lain di 10 negara. Namun, setelah memperhitungkan tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin dan lokasi, guru hanya memperoleh gaji premium di 5 negara dan memperoleh gaji lebih rendah di 7 negara Afrika sub-Sahara.(Sumber)