Pengamat sosial dari Universitas Indonesia (UI), Rissalwan Habdy Lubis, menyarankan agar Badan Gizi Nasional (BGN) untuk berhenti bersikap defensif dan mulai fokus menyelesaikan akar masalah keracunan massal akibat Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terjadi di Kota Bogor, Jawa Barat.
Pemkot Bogor bahkan harus menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) usai ratusan anak keracunan pasca-menyantap MBG.
Menurut Rissalwan, ketimbang sibuk membela diri, BGN seharusnya fokus mengusut akar persoalan dan bertanggung jawab atas keamanan pangan yang menjadi bagian penting dari pelaksanaan program tersebut.
“Respons BGN seharusnya tidak dengan cara meng-counter, membela diri hanya dengan menyebutkan ‘harus dicek dulu’. Kalau cuma satu-dua orang mungkin bisa dicek. Tapi kalau sudah puluhan, ratusan orang ya sudah pastilah karena makanan itu,” ujar Rissalwan kepada Inilah.com, Jakarta, Selasa (13/5/2025).
Ia menilai narasi semacam itu justru menunjukkan kurangnya kesungguhan pihak yang diberi tanggung jawab untuk mengelola program MBG, dalam melihat seriusnya persoalan.
“Tidak perlulah bernarasi bahwa ini harus dicek lagi. Ya sudah pasti, tinggal cari akar masalahnya,” ujarnya.
Rissalwan menegaskan, sebagai institusi yang dipercaya negara menjalankan program MBG, BGN semestinya memahami, keamanan bahan baku makanan adalah pondasi utama sebelum bicara soal gizi.
“BGN harus lebih cerdas. Jangan buru-buru bicara gizi dulu. Yang paling dasar adalah makanan itu aman. Proses memasaknya harus memastikan makanan tidak dalam kondisi belum aman, misalnya karena dimasak tidak sempurna, atau sudah tidak aman karena basi,” jelasnya.
Ia juga mengapresiasi langkah cepat Pemkot Bogor yang menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) atas insiden tersebut.
“Saya kira itu langkah yang tepat. Tujuannya agar fasilitas kesehatan bisa siaga dan memberikan layanan cepat. Jangan dianggap enteng keracunan ini, karena bisa berujung fatal kalau tidak ditangani cepat,” bebernya.
Semula, BGN mengaku langsung menegur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) menyusul kasus keracunan makan bergizi gratis(MBG) di Kota Bogor, Jawa Barat.
“Jika terjadi seperti ini, kami itu biasa langsung ambil tindakan,” kata Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN Tigor Pangaribuan, Senin (12/5/2025).
“Satu, cek sampel makanannya. Benar enggak, ini valid enggak? Memang benar dari makanannya gitu kan. Sampel makanan selalu ada. Kalau memang valid itu sampel makanan. Misalnya, ada tongkol yang kurang baik, maka kami melakukan teguran keras kepada Satuan Pelayanan,” tuturnya.(Sumber)