Wisata  

Ini 3 Kue Tradisional Khas Melayu, Bukan Sekedar Rasa Tapi Penuh Makna

Mengeksplor seputar kuliner tradisional khas daerah di Indonesia seperti tidak ada habisnya. Dengan banyaknya suku dan budaya, Kawan GNFI dapat menemukan beragam ciri khas makanan tradisional, salah satunya suku melayu.

Tidak hanya menyumbang dibidang seni dan bahasa, suku Melayu juga memiliki berbagai kue tradisionalnya yang autentik. Bukan sekadar unik, setiap kue juga memiliki filososfi yang menarik untuk dikulik.

Lantas, apa saja kue tradisional yang sering ada pada hajatan suku Melayu? Yuk, intip ulasannya dalam artikel berikut!

Kue Tepur Banda

Kue tepur banda | Dokumentasi Pribadi

Secara bahasa kue ini berasal dari dua kata. Sesuai dengan bahan dasarnya, tepur berarti tepung dan banda yang merujuk pada pemaknaan benda atau barang.

Kue tepur banda menjadi warisan budaya Kerajaan Deli, salah satu Kerajaan Melayu di Sumatera Utara. Sudah dikenal sejak lama, tepur banda menjadi salah satu hidangan dalam acara atau pertemuan Kerajaan pada masanya.

Bahannya terbilang sederhana, tepung terigu, gula pasir, santan kelapa, telur, dan sari daun pandan. Semua bahan dicampur menjadi adonan dan dipanggang diatas Loyang yang sudah dioles minyak sayur.

Jika sudah matang, Kawan GNFI akan terpikat dengan aroma pandan yang menyatu dengan harum kue yang dipanggang. Rasanya yang manis, sedikit gurih, dan “lemak” khas Melayu bisa dirasakan bersatu dengan tekstur padat lumer.

Saat ini, inovasi kue tepur banda bermunculan. Kawan bisa menjumpai penjual kue ini yang menambahkan taburan kacang atau wijen diatas kue yang menghasilkan tekstur dan rasa yang kian kompleks.

Kue Rasidah

Kue rasidah | Dokumentasi pribadi

Sekilas mungkin tepur banda dan rasidah hampir serupa, tapi kesamaan kedua kue ini hanya pada bahan dasarnya, yaitu tepung terigu. Kue rasidah memiliki filosofi dan sejarah yang cukup menarik.

Secara filosofi, kue ini sebagai simbol perdamaian agar terhindar dari konflik dan kekacauan. Sejarah tentang kue ini tidak pasti dan berbeda-beda karena minimnya literatur terkait sejarah kue rasidah.

Namun berdasarkan cerita rakyat yang beredar, kue rasidah berasal dari nama seorang perempuan Melayu yang ahli membuat kue bernama Rasidah dan mengagumi Sultan. Saat Sultan akan menikah dengan wanita lain, ia patah hati.

Namun ia diminta untuk membuat kudapan untuk pesta pernikahan tersebut. Sambil menangis, ia tetap mengerjakan tanggungjawabnya sebagai orang yang dipercayai Sultan.

Dengan sejarahnya yang unik, sebenarnya bahan kue ini cukup sederhana. Tepung terigu, air, garam, gula pasir, dan minyak yang dimasak dengan api kecil hingga teksturnya kental dan dicetak kecil.

Keunikan kue ini juga bisa dilihat dari bentuk kue rasidah yang dibentuk dengan cetakan motif bunga. Selain itu, tekstur yang kenyal berpadu taburan bawang merah goreng diatasnya menambah aroma dan cita rasa manis gurih yang unik.

Kue Dangai

Kue dangai | Dokumentasi pribadi

Kudapan satu ini berasal dari daerah Batubara, Sumatera Utara. Berbeda dengan dua kue sebelumnya, kue dangai menggunakan bahan dasar beras tepung pulut atau ketan putih bersama parutan kelapa muda.

Kue dangai sangat menggambarkan daerah asalnya. Kelapa yang menjadi bahan pembuatan kue ini menjadi komoditas tumbuhan di daerah Batubara yang merupakan daerah pesisir pantai.

Pembuatan kue dangai cukup sederhana. Tepung ketan, kelapa parut, gula, garam, dan air diaduk secara bersama lalu dipanggang diatas loyang yang dioles minyak sayur agar tidak lengket.

Pemilihan jenis kelapa juga penting. Dalam membuat kue dangai mesti menggunakan kelapa muda agar menghasilkan rasa manis khas kelapa.

Kawan GNFI juga bisa menambahkan ekstra taburan gula pasir diatasnya agar lebih manis. Jika sudah matang, kue bisa dikeluarkan dari loyang dan dipotong sesuai selera.

Rasa yang manis cenderung gurih yang kontras khas kelapa muda terasa pada setiap gigitan. Perpaduan antara tepung pulut dan kelapa parut membuat tektur kue dangai lembut ringan didalam dan renyah diluar.

Hadirnya kue tradisional ini juga menggambarkan betapa masyarakat menjunjung tinggi makna perkumpulan dan kebersamaan dengan kerabat.. Kawan GNFI bisa menemukan kue-kue tradisional ini dalam hajatan seperti pernikahan, upacara adat, dan hajatan sejenisnya.

Kekayaan budaya Indonesia dapat tercermin dari kudapan khas Melayu ini. Sayangnya, penjual kue khas Melayu ini sudah kurang eksis dijumpai karena perkembangan zaman dan perlu untuk dilestarikan.