Autograph Tower, bagian dari kompleks pengembangan terpadu Thamrin Nine di Jakarta, adalah gedung pencakar langit tertinggi di Indonesia dan bahkan di belahan bumi selatan.
Autograph Tower yang menjulang 382,9 meter mengalahkan Q1 Tower Australia (323 m), Alvear Tower Puerto Madero Argentina (235 m), Yachthouse by Pininfarina Tower 2 Brasil (294 m), dan The Leonardo Afrika Selatan (228 m).
Nama Autograph Tower kini viral diperbincangkan di platform-platform media sosial berkat fitur Sky Garden yang mengundang penasaran publik untuk merasakan berada di ketinggian.
Presiden Direktur PT Putragaya Wahana Alvin Gozali selaku pengembang Thamrin Nine mengatakan, bahwa untuk mempersiapkan gedung tinggi ini butuh satu dekade.
“Kami sudah merintisnya sejak 2008 silam. Kami ingin ada ikon yang mewakili Jakarta sebagai kota metropolitan dunia. Jika Kuala Lumpur punya Petronas Tower, Jakarta harus punya sesuatu yang dapat dibanggakan,” papar Alvin, dikutip Kompas.com Rabu (11/6/2025).
Gedung ini berisi 75 lantai di atas permukaan tanah, dengan tambahan lantai bawah tanah untuk fasilitas pendukung.
Luas bangunannya dirancang mencapai sekitar 470.000–570.000 meter persegi yang mengombinasikan perkantoran kelas A, hotel mewah (Waldorf Astoria Jakarta), apartemen servis, zona ritel komersial, dek observasi, sky garden, serta fasilitas olahraga dan hiburan.
Gedung ini dibangun oleh PT Putragaya Wahana (PGW), perusahaan properti yang juga mengembangkan UOB Plaza di kawasan yang sama.
Mereka memilih Kohn Pedersen Fox Associates (KPF), firma arsitektur internasional yang terkenal dengan desain gedung pencakar langit modern, sebagai perancangnya.
Desain Arsitektur
KPF merancang Autograph Tower dengan menonjolkan estetika modern melalui pendekatan fungsional dan berkelanjutan.
Ada empat fitur utama yang menjadi fokus perhatian, yakni bentuk geometris, fasada inovatif, struktur inti gedung, dan keberlanjutan.
Autograph Tower memiliki bentuk kubik dengan permukaan ekstrusi sederhana yang memberikan kesan kuat dan elegan.
Desain ini terinspirasi dari UOB Plaza di dekatnya, dengan penekanan pada proporsi dan kehadiran visual yang kuat.
Sementara, fasad gedung menggunakan kaca berwarna biru perak yang “melayang”, menciptakan dinamisme visual sekaligus mengurangi panas matahari.
Fasad ini dirancang dengan elemen pelindung horizontal untuk mencapai nilai transfer termal envelope (ETTV) di bawah 40 W/meter persegi, meningkatkan efisiensi energi.
Struktur inti gedung ditempatkan secara offset untuk memblokir lebih dari 50 persen paparan matahari dari sisi barat, mengurangi panas dan beban energi.
Gedung ini juga dilengkapi dengan taman vertikal, ruang terbuka hijau, sistem pengolahan air dan limbah, serta tempat parkir sepeda.
Autograph Tower juga menggunakan sistem pengolahan air limbah Organica yang ramah lingkungan, menjadikannya perintis di Indonesia.
Selain itu, gedung ini memiliki dek observasi setinggi tiga lantai pada ketinggian 325 meter, menawarkan pemandangan kota yang spektakuler.
Pengunjung juga dapat menikmati jalur pejalan kaki terbuka di ketinggian untuk pengalaman yang mendebarkan.

Analisis Konstruksi
Konstruksi Autograph Tower merupakan proyek yang kompleks dan inovatif, terutama karena lokasinya di zona seismik dan kebutuhan untuk memenuhi standar internasional.
Dibangun dengan struktur beton bertulang (rebar), gedung ini menggunakan agregat beton berdensitas tinggi, yang memberikan kekuatan tambahan untuk menahan gempa bumi.
Tak hanya itu, gedung ini menggunakan sistem belt truss, yang merupakan truss terbesar yang disetujui oleh pemerintah kota Jakarta, sebagai pengganti sistem peredam konvensional (damper).
Belt truss ini meningkatkan stabilitas struktural tanpa memerlukan bantalan seismik.
Fondasi gedung menggunakan tiang pancang terdalam di Indonesia, mencapai kedalaman sekitar 85 meter, dengan penggalian situs mencapai lebih dari 20 meter dan menghasilkan 600.000 meter kubik material tanah.
Material konstruksi diimpor untuk memastikan kualitas terbaik, yang juga berkontribusi pada pencapaian sertifikasi BCA Green Mark Platinum.
Autograph Tower dirancang dengan tingkat keamanan seismik 25 persen lebih tinggi dari kode bangunan standar Jakarta, berkat pendekatan desain berbasis performa (performance-based design) yang dikembangkan oleh tim teknik dari Magnusson Klemencic Associates (MKA) dan Meinhardt.
Pendekatan ini memungkinkan gedung untuk menahan guncangan gempa tanpa kerusakan struktural signifikan.
Gedung ini dilengkapi dengan lift pengendali tujuan (destination-controlled lifts), masuk di antara yang tercepat di Indonesia, dengan kecepatan hingga 9 meter per detik.
Salah satu lift kargo memiliki kapasitas hingga 5 ton, cukup besar untuk mengangkut mobil mewah seperti Rolls-Royce, menunjukkan perhatian terhadap kebutuhan logistik kelas atas.
Terdapat area drop-off khusus untuk VIP dan VVIP, serta lift khusus yang meningkatkan efisiensi dan keamanan.
Keberlanjutan dan Teknologi
Autograph Tower mengintegrasikan teknologi canggih seperti sistem pengenalan wajah Honeywell untuk keamanan, sebanding dengan yang digunakan di Burj Khalifa.
Sistem pengolahan air limbah Organica, sumur infiltrasi, dan kolam retensi memastikan nol limpasan air, mendukung visi keberlanjutan kompleks Thamrin Nine.
Ruang kantor dirancang tanpa kolom (column-free) dengan ketinggian langit-langit hingga 4,45 meter, memberikan fleksibilitas dan kesan luas bagi penyewa.
Autograph Tower bukan hanya simbol kemajuan arsitektur dan teknik di Indonesia, tetapi juga mencerminkan ambisi nasional untuk bersaing di panggung global.
Dengan mengalahkan ketinggian Empire State Building (381 meter) dan menjadi gedung tertinggi di belahan bumi selatan, Autograph Tower menempatkan Jakarta sebagai kota metropolitan modern yang mampu menarik perhatian dunia.(Sumber)