Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantra) dikabarkan bakal mencaplok alias akuisisi saham milik PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Isu ini pun belum diklarifikasi oleh Danantara.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Novyan Bakrie menyebut, penjelasan akuisisi saham GOTO menjadi wewenang Chief Executive Officer Danantara Rosan P. Roeslani, ketika awal media meminta pendapat Kadin soal kabar aksi korporasi tersebut.
“Mungkin bukan ranah saya untuk akuisisi GOTO dari Danantara. (Akuisisi itu tepat?) Tidak komen dulu ya, karena itu ranahnya Pak Rosan,” ujar Anindya saat ditemui di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Minggu (15/6/2025).
Untuk diketahui, Rosan sebelumnya enggan memberikan klarifikasi ketika ditemui wartawan di Universitas Paramadina, Jakarta, Jumat (13/6/2025), Rosan hanya tersenyum ketika ditanya soal kabar akuisisi saham itu.
Wartawan pun sempat bertanya apa yang melatarbelakangi Danantara melakukan penjajakan pembelian saham GOTO. Menteri Investasi dan Hilirisasi itu pun kemudian berpamitan dari wartawan.
Diberitakan sebelumnya, Danantara sedang menjajaki kemungkinan investasi di tengah potensi bergabungnya GOTO dengan Grab Holdings. Dilansir dari Bloomberg, Minggu (8/6/2025), Danantara disebut sudah memulai diskusi awal dengan GOTO untuk bisa mengakuisisi saham minoritas jika nantinya GOTO dan Grab jadi bergabung.
Sumber-sumber yang mengetahui persoalan tersebut menyampaikan, rencana investasi Danantara diharapkan bisa meredakan kekhawatiran pemerintah Indonesia terhadap dampak dari potensi merger GOTO dengan Grab.
Sebab nantinya pemerintah Indonesia berpeluang memiliki sebagian saham dari perusahaan teknologi terbesar di Asia.
Menurut Ekonom Senior Bright Institute, Awalil Rizky pemerintah perlu memperhatikan pentingnya menjaga iklim investasi dalam negeri dengan berpihak terhadap perusahaan lokal.
Meski masih rumor, Awalil menjelaskan ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memperhatikan lebih jauh perkembangan isu merger Grab dan GOTO. Menurutnya, Grab adalah perusahaan milik asing, sehingga merger antara kedua perusahaan tersebut dapat semakin memperbesar dominasi asing dalam iklim investasi Indonesia.
“Dominasi asing dalam iklim investasi Indonesia dapat merugikan pelaku usaha domestik, untuk itu pemerintah wajib menjaga iklim usaha,” jelasnya.
Pihak Grab sendiri membantah melakukan pembicaraan terkait kemungkinan mengakuisisi GOTO Indonesia. Dalam pernyataannya ke bursa saham pada Senin (9/6/2025), Grab menegaskan tidak ada pembicaraan yang berlangsung dengan pihak GOTO.
“Telah beredar laporan media bahwa kami tengah melakukan diskusi terkait kemungkinan transaksi dengan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. Saat ini, tidak ada pembicaraan yang berlangsung, dan Grab belum menandatangani perjanjian apa pun,” sebut Grab dalam pernyataan ke bursa saham seperti dikutip dari Reuters.(Sumber)