Pengamat politik dan media, Buni Yani, melontarkan kritik tajam terhadap kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang dinilainya justru memicu kegaduhan identitas di tengah masyarakat. Ia menyesalkan keputusan Dedi yang mengganti sejumlah nama jalan bernuansa Islam menjadi nama-nama non-Islam, bahkan beberapa di antaranya mengadopsi nama tokoh-tokoh dari era kolonial Belanda.
“Seharusnya nama-nama peninggalan kolonial seperti Pasteur diganti dengan nama-nama yang lebih mencerminkan semangat kemerdekaan dan keislaman, bukan sebaliknya. Ini Jawa Barat, daerah dengan mayoritas penduduk Muslim yang taat. Mengapa justru nama-nama Islam dihapus?” ujar Buni Yani dalam keterangannya kepada Radar Aktual, Kamis (3/7/2025).
Ia menilai tindakan Dedi Mulyadi sangat kontraproduktif dengan aspirasi masyarakat Jawa Barat yang selama ini menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. “Alih-alih menyatukan, kebijakan ini malah bisa memicu polarisasi yang tidak perlu di tengah warga,” tambahnya.
Sebagai warga Depok, Buni merasa heran mengapa Gubernur Jabar terkesan sibuk mengurusi hal-hal simbolik yang tidak menyentuh langsung kehidupan masyarakat. “Seharusnya Pak Dedi fokus pada program-program pemberdayaan ekonomi rakyat, pembangunan pendidikan, layanan kesehatan, dan infrastruktur dasar. Bukan malah sibuk mengganti nama jalan yang ujung-ujungnya menimbulkan kontroversi,” tegasnya.
Menurutnya, kebijakan tersebut bukan hanya mubazir, tetapi juga bisa menghambur-hamburkan anggaran daerah tanpa hasil nyata. Ia pun mengajak warga Jawa Barat untuk menyuarakan penolakan terhadap kebijakan yang tidak memiliki urgensi itu.
“Jangan sampai kita larut dalam drama simbolik yang menyesatkan. Saatnya kita meminta Gubernur bekerja nyata untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk menimbulkan kegaduhan baru,” tutup Buni.
Kritik ini semakin mempertegas bahwa publik kini mulai jenuh dengan manuver-manuver politik yang dianggap tidak berpihak pada kepentingan masyarakat luas. Kini, bola berada di tangan Gubernur Dedi Mulyadi: apakah akan mendengar suara rakyat, atau terus melaju dengan langkah-langkah kontroversialnya?