News  

250 Warga Jember Keracunan Massal Tongkol Bakar Tahun Baru

Ilustrasi Tongkol Bakar

250 Warga Jember diduga keracunan massal tongkol bakar saat momen perayaan pergantian tahun. Ada dua hal yang menjadi penyebab keracunan tersebut, yakni salah dalam proses penyimpanan dan pengolahan.

“Pertama karena salah dalam proses penyimpanannya,” kata Plt Kepala Dinas Perikanan Jember, Murtadlo di sela investigasi yang dilakukan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Puger, Kamis (2/1/2020).

Menurut Murtadlo, semua jenis ikan bisa menjadi beracun saat menyimpannya sembarangan. Sebab ikan harus disimpan di tempat pendingin. Tidak cukup hanya ditaruh di sebuah tempat kemudian diberi es batu.

“Setidaknya untuk membuat ikan tetap segar harus disimpan di Cold Storage atau freezer lemari es. Tidak cukup kemudian dibungkus kresek, dan diberi es secukupnya agar ada dingin-dinginnya, itu belum tentu fresh untuk ikannya. Jadi harus benar penyimpanannya,” jelasnya.

Kedua, lanjut dia, karena salah dalam mengolah ikan. Apalagi dalam kejadian keracunan tersebut ikan yang dikonsumsi adalah jenis tongkol hitam yang kadar histaminnya tinggi.

“Maka ketika tidak diolah dengan baik, atau hanya dibakar setengah matang itu akan berbahaya. Hal ini harus diperhatikan, sehingga baik pembeli atau penjual memahami hal tersebut,” ulasnya.

Murtadlo menjelaskan, dari faktor-faktor penyebab keracunan dugaannya adalah para pedagang tidak menyimpan ikan dengan cara yang benar. Bisa jadi hanya sekedar diberi es batu.

“Sementara prinsip ekonomi pun diterapkan di sini, antara supply and demand nya, sehingga menjadi pertimbangan. Dugaannya pun, ikan yang dijual sudah tersimpan cukup lama. Selain itu dikonsumsinya pun masih malam harinya. Jadi banyak dugaan, sehingga masih kita selidiki,” jelasnya.

“Selain itu, saya juga mendapat informasi, saat itu ada pedagang yang menjual ikan tongkol sangat murah yakni Rp 6 ribu/kg. Padahal normalnya harga tongkol Rp 20 ribu/kg,” imbuhnya.

Korban keracunan ikan tongkol usai pesta tahun baru di Jember bertambah. Dari yang semula 119 orang, kini menjadi 250 orang. Mereka tersebar di 21 kecamatan di Jember. {detik}