Bagi anak generasi 1980-an hingga tahun 2000-an, tentu tak asing dengan merek sepeda Wimcycle. Iklan merek sepeda ini banyak menghiasi televisi dengan tagline yang mudah diingat “Heboh”.
Dicitrakan sebagai sepeda keluarga, jalanan di sejumlah daerah di Indonesia sempat dibanjiri dengan sepeda buatan Wimcycle, dari anak-anak yang berangkat ke sekolah hingga ibu-ibu yang berbelanja ke pasar. Mengayuh sepeda Wimcycle adalah kebiasaan yang sangat lazim.
Kualitas sepeda pabrikan PT Wijaya Indonesia Makmur Bicycle Industries terkenal bandel. Terbukti, banyak sepeda Wimcycle yang merupakan produksi puluhan tahun lalu, saat ini masih bisa ditemui di jalanan.
Varian sepeda Wimcycle juga beragam, dari seri BMX, sepeda gunung, hingga sepeda perkotaan. Namun saat ini pamornya sudah meredup, sepeda Wimcycle juga sudah mulai hilang dari pasaran, kalau pun ada di toko sepeda, biasanya merupakan stok lama.
Masalah keuangan hingga membanjirnya sepeda- sepeda impor ditenggarai jadi penyebab perusahaan yang sudah ada sejak tahun 1972 itu limbung.
Pada awal tahun 2019, PT Wijaya Indonesia Makmur Bycicle Industries sudah terpuruk akibat terlilit utang pada sejumlah kreditur pemasok maupun bank. Penjualan juga merosot karena banyaknya sepeda murah impor dari China.
Dilansir dari Kontan, Minggu (28/6/2020), PT Insera Sena yang merupakan produsen Polygon tadinya akan mengakuisisi dan mengambil alih utang Wimcycle. Namun, kabar terakhir Insera Sena tidak jadi mengakuisisi Wimcycle.
Sebelumnya di 2 Januari 2019, PT Wijaya Indonesia Makmur Bicycle Industries tengah menjalani proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang diajukan secara suka rela di Pengadilan Niaga Surabaya, Jawa Timur, dengan nomor perkara 47/Pdt.Sus-PKPU/2018/PN Niaga Sby sejak 23 November 2018.
Permohonan PKPU ini dikabulkan pada 6 Desember 2018 karena melihat kondisi keuangan yang dinilai bermasalah. Dalam berkas perkara permohonan PKPU, saldo utang Wimcycle mencapai Rp 504,03 miliar yang berasal dari 37 kreditur.
Selain itu ada juga tagihan yang didominasi dari pinjaman perbankan dengan jumlah tujuh kreditur senilai Rp 457,24 miliar.
Adapun permasalahan menumpuknya utang karena pendapatannya terkikis terus akibat gempuran sepeda impor asal China. Kendati demikian, permasalahan ini sudah selesai pada 18 September 2019 dengan hasil damai.
Direktur Insera Sena, William Gozalli menjelaskan hasil dari pembicaraan internal dan proses utang yang sudah selesai di Wimcycle, perusahaan tidak jadi mengakuisisi.
“Polygon merasa masalah tersebut sudah diselesaikan dengan sendirinya,” ujarnya kepada Kontan akhir tahun lalu.
William menyatakan setelah proses evaluasi internal diputuskan untuk tidak mengakuisisi Wimcycle. Selain Polygon, ada investor dari Hong Kong yang tidak ingin Wimcycle pailit sebab perusahaan ini punya potensi bisnis yang bagus.
Menjelang penghujung masa PKPU Wimcycle, Scorpion Enterprise perusahaan asal Hong Kong itu hadir dan ingin menyelesaikan utang Wijaya Indonesia Makmur kepada pada krediturnya.
Scorpion masuk melalui skema Medium Covertible Bond (MCB) dengan jangka waktu tiga tahun. Penyelesaian utang ke kreditur akan diselesaikan dalam waktu 5 tahun dengan mengutamakan kreditur konkuren yang punya utang lebih kecil.
Adapun untuk utang ke perbankan yakni BNI bekerjasama dengan pengembang untuk mengembangkan objek jaminan menjadi proyek pergudangan yang menjadi sumber pembayaran utang BNI selama tiga tahun hingga lunas.
Sebelumnya Wimcycle juga telah melakukan diversifikasi bisnis dengan membentuk entitas anak yaitu PT Wim Motor yang memproduksi kendaraan mainan anak hingga motor listrik.
Bahkan April lalu, salah satu seri motor listrik keluaran Wim Motor, yaitu Wim Motor 8i sempat terkenal lantaran digunakan oleh Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke Kabupaten Asmat, Papua. {kompas}