Kasus COVID-19 Makin Tinggi, PKS: Apa Hasil Dari Jokowi Marah-Marah?

Sudah lewat sepekan setelah rekaman video Presiden Jokowi marah-marah pada para menterinya diunggah, namun belum ada tanda-tanda reshuffle kabinet.

Isu perombakan jajaran prembantu presiden pun terlanjur terus bergulir hingga sempat beredar sejumlah nama  yang terdepak dari kursi Kabinet Indonesia Maju.

Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher mengatakan, sebetulnya, persoalan inti dari marah-marahnya Jokowi itu bukan pada pergantian menteri. Tapi apa dampaknya untuk rakyat.

“Reshuffle atau tidak, semua kebijakan harus untuk kepentingan rakyat. Jadi bukan sekadar marah-marah, tapi sejauh mana hal itu mendorong para menteri bekerja optimal menghasilkan kebijakan pro rakyat,” ujar Netty kepada wartawan, Jumat (10/7).

Selain itu Netty mengingatkan video Presiden Jokowi gusar diunggah sekitar seminggu setelah kejadian, jadi seharusnya sebelum video beredar,  maka sebaiknya sudah melihat ada progress penanganan Covid-19. Nyatanya tidak ada progress signifikan. Faktanya angka pasien positif Korona makin tinggi.

Sampai Kamis 9  Juli 2020, ditemukan 2.657 kasus baru infeksi positif virus Korona, jumlah ini melonjak drastis dari hari sebelumnya sebanyak 1.863 kasus baru.

Total kasus di Indonesia sebanyak 70.736. Mereka yang sembuh 32.651 orang. Sementara untuk jumlah korban meninggal dunia total 3.417 orang.

“Kasus positif makin tinggi, penyerapan anggaran belum sesuai dengan kebutuhan lapangan dan penanganan dampak ikutan juga masih sengkarut. Apakah kemarahan presiden hanya dianggap angin lalu oleh para menterinya atau karena mereka tidak tahu harus melakukan apa,” ujar Netty.

Netty khawatir isu pergantian kabinet hanya menambah daftar panjang lemahnya pengelolaan komunikasi publik pemerintah.

Imbasnya masyarakat makin bingung dengan komunikasi yang riuh rendah, sementara angka kasus makin meningkat. Jumlah pekerja di-PHK dan dirumahkan makin banyak, dan masyarakat mulai giat ke luar rumah dengan anjuran new normal.

“Jika itu yang terjadi, maka anggapan publik bahwa pemerintah selama ini hanya sekadar berwacana tidak seratus persen salah. Jadi gunanya atau imbasanya dari marah-marah itu apa?” pungkasnya.

Diketahui, video kemarahan Presiden Jokowi terhadap jajaran menterinya diunggah pada 28 Juni lalu. Video tersebut baru diunggah 10 hari setelah pidato itu dilakukan Jokowi dalam Sidang Kabinet Paripurna pada 18 Juni 2020.

Dalam video berdurasi 10 menit itu, Jokowi menegur keras jajaran menterinya yang ia sebut belum satu perasaan, terhadap adanya sense of crisis di Indonesia akibat Covid-19.

Jokowi berujar tidak ada progres signifikan yang dibuat para menterinya dalam menanggulangi pandemi ini. Bahkan, Jokowi mengancam akan membubarkan lembaga atau mereshuffle atau perombakan kabinetnya jika diperlukan. {JP}