News  

Indonesia Segera Masuk Jurang Resesi, PP Muhammadiyah: Tinggal Menghitung Hari

Peningkatan kasus Covid-19 dan pertumbuhan ekonomi yang cukup jauh terintegrasi dengan ekonomi global bakal membuat perekonomian rawan resesi.

Ketua PP Muhammadiyah, KH Anwar Abbas mengatakan kondisi ini berpotensi menimpa Indonesia dimana ekonomi belum pulih pascapandemi Covid-19 menerjang Indonesia. Penilaian ini juga didasari pada beberapa negara yang mengalami resesi.

“Oleh karena itu, dengan adanya beberapa negara mitra kita yang mengalami resesi, maka masalah kapan negeri ini akan mengalami hal serupa tentu tinggal menghitung bulan, kalau tidak bisa dikatakan menghitung hari.”

“Hal penting yang sekarang kita lakukan adalah bagaimana kita bisa mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya,” kata Buya Anwar, sapaan akrabnya, Senin (3/8).

Upaya tersebut penting dilakukan agar resesi tidak terlalu keras memukul ekonomi rakyat banyak. Ini bisa dilakukan karena selama ini ekonomi Indonesia tidak terlalu tergantung kepada ekspor, melainkan masih banyak digerakkan oleh tingkat konsumsi masyarakat.

“Untuk itu yang perlu kita perhatikan dan jaga ke depan adalah bagaimana caranya supaya tingkat konsumsi masyarakat masih tetap bisa tinggi terutama untuk barang-baranf primer dan sekunder,” katanya.

Perhatian pemerintah bagi mempertahankan dan meningkatkan daya beli rakyat harus menjadi sesuatu yang penting, karena dengan itulah roda kehidupan ekonomi berupa supply and demand tetap bisa hidup dan menggeliat.

Buya Anwar menyarankan enam rekomendasi utama, pertama, kebijakan pemerintah yang menyangkut bantuan langsung tunai untuk beberapa bulan atau satu tahun ke depan masih perlu diteruskan dan dipertahankan, agar ekonomi rakyat di lapis bawah tetap terus bisa hidup dan tumbuh serta berkembang tanpa itu maka tentu akan sulit.

“Kedua, pemerintah harus bisa mengalokasikan dana dan anggarannya untuk benar-benar bisa difungsikan bagi menggerakkan ekonomi rakyat dengan membeli barang-barang dan jasa dari UMKM serta mengurangi, kalau tidak bisa menghentikan sama sekali permintaan terhadap barang-barang impor,” ujarnya.

Ketiga, masyarakat harus bisa menjadikan momentum krisis ekonomi sekarang untuk bisa bangkit dan mendorong masyarakat agar benar-benar mencintai produk bangsanya sendiri dan itu harus dicontohkan oleh pemerintah dengan sebaik-baiknya.

Keempat memberikan fasilitas kepada masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan usahanya lewat pemberian kemudahan dalam bidang permodalan, sumberdaya dan pemasaran.

“Kelima mengusahakan agar kegiatan produksi masyarakat harus bisa berjalan dengan lancar. Untuk itu, manajemen dan efektifitas serta efisiensi kerja masyarakat harus bisa terbangun dengan baik agar cost atau biaya yang mereka keluarkan bisa ditekan serendah-rendahnya.”

“Juga agar mereka bisa mendapatkan profit yang pantas sehingga hal ini diharapkan akan bisa meningkatkan daya belinya,” ujarnya.

Keenam, mengingat penduduk Indonesia masih banyak yang tinggal di desa. Oleh karena itu pemerintah harus bisa membuat kebijakan yang tidak hanya berpihak kepada masyarakat kota, tapi juga kepada masyarakat desa.

“Perlu dilakukan reformasi sosio-ekonomi di pedesaan yang akan dapat membantu menaikkan pendapatan riil mereka,” ucapnya. {eramuslim}