News  

Satgas COVID-19: Dulu Corona Di Jatim Tinggi Karena Menkes Sebut Masker Hanya Untuk Yang Sakit

Kasus corona di Jawa Timur perlahan menunjukkan penurunan. Padahal, di awal pandemi, Jatim sempat menjadi provinsi dengan kasus corona tertinggi di Indonesia.

Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Jatim Joni Wahyudi pun menjelaskan mengapa kasus corona di wilayahnya tinggi di awal. Salah satunya karena dulu yang pakai masker hanya orang sakit.

“Konsep yang ada saat itu yang sakit pakai masker, yang enggak sakit enggak pakai masker. Itu dari Pak Menteri Kesehatan Terawan, di Jatim seperti itu,” kata Joni dalam diskusi virtual yang dihelat BNPB, Jumat (16/10).

“Nilai ini sejak Maret [bahwa] yang sakit [yang pakai] masker sudah mendarah daging. Yang kita tahu konsep ini mengubahnya agak susah,” sambungnya.

Hal itu membuat kasus corona di Jatim terus melonjak. Sampai di bulan Juni, bahkan melewati DKI Jakarta di posisi teratas.

“Kita lakukan tracing testing, membentuk network. RS rujukan awalnya 44 berkembang 127 pada Juli. Membuat RS lapangan, merawat pasien yang ringan dan positif isolasi di rumah tidak efektif,” ungkap Joni.

Kemudian dibantu Kemenkes dan donatur, pengadaan alkes dan tes cepat massal dilakukan secara masif. Peran kepolisian, lanjut Joni, untuk menegakkan disiplin protokol kesehatan juga menjadi faktor penting.

“Atas usul dari Kapolda, Pangdam untuk membuat perda, penegakan protokol ini yang pertama kali, ada perda. Dari tentara, kepolisian, Satpol PP melakukan operasi yustisi besar-besaran. Survei protokol kesehatan naik terus kedisiplinannya,” jelas Joni.

Menurut dia, apa yang dilakukan itu berbuah. Survei menunjukkan pengetahuan tentang COVID-19 cukup baik. Implementasinya terus digenjot.

“Ini menarik, perubahan perilaku ketaatan tidak cukup hanya tahu, tapi penegakan masif di Jatim ini yang menyebabkan kasus menurun,” tutupnya.

Terawan dan Masker

Statemen Menkes Terawan bahwa hanya orang yang sakit yang perlu pakai masker disampaikan pada 15 Februari 2020, sebelum kasus corona di Indonesia terdeteksi pada awal Maret 2020.

Kala itu, masyarakat sudah mengkhawatirkan virus corona dari Wuhan dan memborong masker sehingga harga masker mahal.

“Masker [mahal] salahmu sendiri kok beli, ya. Ndak usah [pakai]. Masker untuk yang sakit,” kata Terawan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (15/2/2020).

Pada awal Maret setelah kasus pertama corona di Indonesia diumumkan, Terawan mengulangi statemennya dengan merujuk pada rekomendasi WHO.

“Tetap keputusannya dari WHO yang sakit yang pakai masker. Yang sehat ndak usah. Kenapa? Karena apa? Kalau yang sehat pakai juga percuma, dia nanti megang-megang tangannya dan sebagainya. Tetap saja bisa kena,” kata Terawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/3/2020).

Namun, corona terus mengganas sehingga WHO menaikkan statusnya dari endemi menjadi pandemi. WHO juga menyerukan memakai masker bagi orang sehat.

Sementara itu, kasus corona di Indonesia terus bertambah sejak kasus perdana diumumkan Presiden Jokowi pada Senin, 2 Maret 2020, di Istana Negara.

Akhirnya, mulai Senin (22/3/2020), Terawan terlihat mulai memakai masker.
Saat ini masker juga menjadi bagian protokol kesehatan corona 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Di banyak daerah, mereka yang tidak memakai masker bakal mendapat hukuman. {kumparan}