News  

Sudah Masuk Indonesia, WHO Ingatkan COVID-19 Varian India Kebal Vaksin dan Lebih Cepat Menyebar

Penyebaran Covid-19 di India makin ganas. Kayu sudah mulai habis digunakan kremasi. WHO mengingatkan jika virus Covid-19 varian baru dari India kebal vaksin.

Bahkan bisa melakukan penyebaran hingga ribuan kali lebih cepat dari varian lama maupun baru. Covid India tersebut kini menyebar di 17 negara, termasuk di Indonesia.

Pihak WHO, Rabu (28/4/2021) menilai, jika tidak diansifiasi dengan cepat Virus B1617 ini, bisa membuat pontesi Tsunami dan Gelombang Covid-19 jilid II.

Hal ini akan lebih bahaya lagi meski sebagian warga dunia termasuk di Indonesia sudah melakukan vaksinasi.

Sebab, informasi kemarin hingga hari ini, Rabu (28/4/2021) terjadi lonjakan besar-besara di India yang membuat negeri Bollywood itu luluh lantak oleh serangan virus Covid-19 varian baru, yakni 350 ribu kasus dari satu hari.

Persoalan kemudian muncul ke permukaan ketika, terjadi kasus suap dari seorang WNI yang tinggal di India untuk masuk Indonesia.

Kasus ini menjadi heboh karena Indonesia tengah menjaga agar virus varian baru dari India tidak masuk ke Indonesia, tetapi faktanya justru kebobolan oleh kasus suap tersebut.

Pemerintah pun sudah menegaskan akan memberikan sanksi berat dan hukuman karena tindakan seperti itu sangat tidak bisa dimaafkan, terkesan mempermainkan nyawa.

Sebab petugas tersebut berusaha membebaskan seorang WNI dari India agar lepas dari karantina Covid-19 selama 14 hari dan keduanya sudah ditangkap polisi.

Terkait dengan itu, pihak WHO yang mengkhawatirkan gelombang ketiga dari Covid-19 ini akan lebih mengerikan jika negara-negara di dunia tidak bertindak dengan cepat. Kasus India terbesar, kemudian Inggris Raya, Amerika Serikat, dan Singapura.

“Sebagian besar urutan diunggah dari India, Inggris Raya, AS, dan Singapura. B1617 memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi daripada varian lain yang beredar di India, menunjukkan potensi peningkatan penularan,” ungkap WHO.

Indonesia Kebobolan

Setidaknya 10 orang WNI dan 10 dari 117 orang warga Indonesia yang masuk ke Indonesia dinyatakan positif virus varian baru Covid-19 dari India tersebut.

Hal ini menurut Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman Indonesia sudah lemah dan kebobolan sejak awal.

Kondisi ini jika tidak segera diatasi akan sangat berbahaya bagi negara Indonesia. “Kita sudah lemah dari awal (dalam pelacakan kasus),” kata Dicky Budiman kepada BBC News Indonesia, Selasa (27/04).

Sebab, Dicky mengkhawatirkan kejelian pemerintah Indonesia melakukan pelacakan, kapan, di mana dan bagaimana awal mula 10 orang tersebut terpapar, karena menurutnya sistem pelacakannya (contact tracing) lemah sejak awal.

“Saking tidak jelasnya, dari mana (awal mula kasus) ini sudah tidak jelas,” ujarnya. “Ini yang terjadi di Indonesia.

Sebab, virus Covid-19 varin baru dari Indonesia sudah masuk Indonesia dan hal ini sangat mengkhawatirkan.

Bahkan jika membandingkan kasus di India, maka potensi Indonesia seperti negeri Bollywood itu pun sangat besar potensinya.

Sebab virus ini memiliki kemampuan menyebar dan menular lebih cepat, bahkan ribuan dalam satu minggu.”Sehingga, dari satu bulan itu, bisa ribuan,” jelas Dicky.

Pemerintah Indonesia menyatakan berkomitmen melakukan pembatasan mobilititas nasional dan internasional yang akan masuk ke Indonesia untuk mencegah importasi antar negara maupun daerah.

Wiku Adisasmito, juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, mengatakan, langkah pemerintah pada skala internasional, yaitu himbauan kepada WNI agar menunda kepulangan yang tidak mendesak.

Pemerintah juga menetapkan prosedur screening dan karantina di pintu perbatasan. “Kepada negara yang sedang mengalami krisis covid-19, yaitu India, adalah menolak kunjungan orang asing dengan riwayat perjalanan di India dalam 14 hari terakhir,” kata Wiku di Jakarta, Selasa (26/04).

“Pemberian visa buat WNA asal India ditangguhkan sementara,” tambahnya. Namun demikian, Wiku menggaribawahi bahwa kesuksesan kebijakan ini sangat dipengaruhi oleh “kerjasama antara masyarakat dan petugas di lapangan”.

“Mohon pastikan bahwa mekanisme screening dan karantina terlaksana di lapangan, agar kita mampu optimal, mencegah importasi kasus,” katanya.

Hasil pemeriksaan 12 orang warga India yang positif

Ditanya tentang hasil whole genome sequencing (WGS) untuk mengetahui varian virus Covid-19 dari para warga negara asing (WNA) India yang sedang diisolasi, Wiku mengatakan, hasilnya belum diketahui.

“Sampai saat ini hasil WGS yang dilakukan kepada 12 WNA dari India belum selesai, akan segera kami informasikan jika hasilnya sudah keluar,” katanya.

Sebanyak 117 orang warga negara India yang datang ke Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Rabu (21/04), 12 orang di antaranya dinyatakan positif Covid-19, menurut Kementerian Kesehatan.

Menjawab pertanyaan tentang dugaan suap seorang warga Indonesia yang baru tiba dari India kepada “dua orang oknum” di Bandara Soeharto-Hatta, Wiku mengatakan pihaknya “tidak bisa menolerirnya”.

Warga berinisial JD itu, menurut polisi, berusaha menyuap oknum di bandara agar dibebaskan dari kewajiban karantina selama 14 hari. Mereka sudah ditangkap oleh kepolisian.

“Jangan pernah berani bermain dengan nyawa karena satu nyawa sangat berarti dan ternilai harganya,” kata Wiku.

Menyebar di 17 Negara Termasuk Indonesia

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (27/4/2021) mengatakan bahwa varian Covid-19 India telah ditemukan di 17 negara.

Dilansir CNA, varian Covid-19 baru di India bernama B1617 itu diduga menjadi alasan terjadi tsunami kasus infeksi di negara tersebut.

Badan kesehatan dunia ini mengatakan B1617 telah terdeteksi di lebih dari 1.200 database yang diunggah ke GISAID dari setidaknya 17 negara.

Sebagian besar kasusnya berada di 4 negara termasuk India.

“Sebagian besar urutan diunggah dari India, Inggris Raya, AS, dan Singapura,” kata WHO dalam pembaruan epidemiologis mingguan pandemi Covid-19.

WHO baru-baru ini menyebut B1617 sebagai “variant of interest”. Namun sejauh ini badan itu tidak melabelinya sebagai “variant of concern”. Label itu akan menunjukkan bahwa varian ini lebih berbahaya daripada versi asli virus.

Tingkat berbahaya atau tidaknya didasarkan kemampuannya yang lebih mudah menular, mematikan, atau kebal terhadap vaksin.

India belakangan mengalami lonjakan kasus infeksi Covid-19 yang ekstrim. Muncul kekhawatiran bahwa varian B1617 ini adalah sumber masalah dari krisis kesehatan yang sedang terjadi di negara Bollywood itu.

Pada Selasa (27/4/2021) lalu, India lagi-lagi mengalami lonjakan sebesar 350 ribu kasus dari satu hari. WHO mengakui bahwa pemodelan pendahuluan berdasarkan urutan yang dikirimkan ke GISAID menunjukkan:

“Bahwa B1617 memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi daripada varian lain yang beredar di India, menunjukkan potensi peningkatan penularan.”

Tranmisi dan Kombinasi

WHO juga menekankan bahwa varian Covid-19 lain yang saat ini berkembang juga menunjukkan peningkatan transmisi dan kombinasi itu mungkin berperan dalam gelombang Covid-19 di India.

“Memang, penelitian telah menyoroti bahwa penyebaran gelombang kedua jauh lebih cepat daripada yang pertama,” kata WHO.

Prilaku Masyarakat

Kendati demikian, perilaku masyarakat juga berperan seperti tingkat kepatuhan pada langkah pencegahan hingga pertemuan massal.

“Penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk memahami kontribusi relatif dari faktor-faktor ini,” katanya.

WHO menekankan bahwa karakteristik B1617 dan varian Covid-19 lainnya membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan dampak penularan, tingkat keparahan, dan risiko infeksi ulang.

WHO juga menekankan bahwa varian Covid-19 lain yang saat ini berkembang juga menunjukkan peningkatan transmisi dan kombinasi itu mungkin berperan dalam gelombang Covid-19 di India.

“Memang, penelitian telah menyoroti bahwa penyebaran gelombang kedua jauh lebih cepat daripada yang pertama,” kata WHO.

Kendati demikian, perilaku masyarakat juga berperan seperti tingkat kepatuhan pada langkah pencegahan hingga pertemuan massal.

“Penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk memahami kontribusi relatif dari faktor-faktor ini,” katanya.

WHO menekankan bahwa karakteristik B1617 dan varian Covid-19 lainnya membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan dampak penularan, tingkat keparahan, dan risiko infeksi ulang.

Namun angka infeksi mulai meningkat lagi pada Maret di saat masyarakat mulai lebih sering keluar rumah, tidak memakai masker, dan berhenti mengikuti prokes.

Serangkaian acara kerumunan terjadi, mulai dari unjuk rasa pemilu besar-besaran hingga festival Hindu yang dihadiri jutaan warga.

Alhasil, kasus infeksi dan jumlah kematian meningkat pesat bahkan melebihi puncak peningkatan kasus di India pada September tahun lalu.

Kini fasilitas kesehatan India kewalahan di tengah gelombang tsunami Covdi-19, rumah sakit kekurangan obat hingga oksigen. {tribun}