News  

Asal Colok Swab Test Bisa Bikin Lapisan Pelindung Otak Dalam Hidung Rusak dan Bocor

Tes swab, baik itu berupa antigen maupun PCR, merupakan kunci untuk menekan penularan COVID-19. Dengan rutin melakukan tes swab, diharapkan orang yang terinfeksi virus corona dapat segera mengetahuinya dan langsung mengisolasi diri agar tak menularkan ke orang lain.

Meski demikian, orang perlu berhati-hati dalam tes swab, apalagi jika melakukannya secara mandiri. Sebab, metode tes swab yang keliru justru dapat bikin luka serius di hidung.

Pada Juli lalu, misalnya, jurnal Applied Radiology melaporkan kasus seorang pasien COVID-19 di AS yang mengalami kebocoran cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid/CSF) saat melakukan tes swab secara mandiri. CSF adalah cairan bening yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.

Pasien tersebut, yang hanya disebutkan sebagai pria paruh baya, pada awalnya didagnosis mengidap COVID-19 usai tes swab dibantu dokter. Ia tak perlu dirawat di rumah sakit dan menjalani isolasi mandiri di rumah.

Nah, beberapa hari setelah isolasi di rumah, pasien tersebut melakukan tes swab mandiri. Masalahnya, dua hari setelah melakukan tes swab mandiri, dia mengalami sakit kepala, hidung meler, dan demam hingga sekitar 39 derajat Celsius.

Pasien tersebut datang ke Baylor University Medical Center di Texas, AS, untuk mengecek kondisinya. Para ahli yang memeriksanya menemukan bahwa pasien tersebut telah menusuk struktur pelat cribriform di dalam hidung sehingga bikin cairan serebrospinal jadi bocor.

Para ahli menyebut bahwa kasus ini terjadi karena pasien tersebut tak memahami cara tes swab yang benar.

Dengan sedikit pelatihan yang diberikan kepada individu, sebagian besar tes yang dilakukan sendiri kemungkinan dilakukan secara tidak benar. – Clayton Douglas dan Benjamin White, dokter medis di Baylor University Medical Center –

“Ada kesalahpahaman umum, kemungkinan karena sudut ke atas dari hidung luar, bahwa jalur dari lubang hidung ke sudut nasofaring ke atas. Namun, jalan yang sebenarnya hampir datar, sejajar dengan tanah pada pasien yang duduk tegak,” jelas para penulis studi, Clayton Douglas dan Benjamin White, dalam laporannya.

“Seandainya pasien kami melakukan usap hidung pada sudut yang tepat, pelat cribriform tidak akan terpengaruh dan perjalanan pasien di rumah sakit dapat dicegah.”

Peneliti menyebut bahwa pasien itu perlu dibedah untuk membetulkan struktur pelat cribriform-nya. Ia diberi obat antibiotik dan diperbolehkan pulang setelah dirawat dua pekan.

Dilakukan oleh tenaga kesehatan atau ahli

Para ahli di Baylor University Medical Center menekankan bahwa orang tidak perlu khawatir saat melakukan tes swab selama prosedurnya benar.

Tes swab PCR merupakan standar emas dalam menentukan apakah orang terinfeksi corona atau tidak. Tes ini penting untuk menekan COVID-19.

Kendati demikian, kasus ini menggarisbawahi pentingnya tes swab dengan bantuan ahli. Sebab, orang awam kurang memahami anatomi bagian dalam hidung dan pengetahuan yang minim justru bakal membuat mereka dapat melukai diri sendiri saat tes swab mandiri.

“Meski secara umum dianggap aman, tes swab hidung bukannya tanpa risiko. Individu yang melakukan tes yang dilakukan sendiri dengan pelatihan minimal dapat dimengerti memiliki risiko cedera yang jauh lebih tinggi daripada mereka yang diuji oleh staf medis yang terlatih,” jelas para ahli. {kumparan}