News  

Urusan Minyak Goreng Belum Kelar, Beras Bakal Ikutan Naik Harganya

Direktur utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, harga beras berpotensi naik akibat rendahnya produksi panen bulan November – Desember 2021.

Di sisi lain, dia mengakui bahwa kualitas beras luar negeri lebih unggul dibandingkan produk dalam negeri. Padahal, Indonesia diklaim sudah tidak lagi melakukan impor beras dalam beberapa tahun terakhir.

“Kalau dibandingkan impor, jauh lebih murah dan kualitas lebih baik,” kata Komjen. Pol. (Purn.) yang kerap disapa Buwas itu dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, Senin (17/1/22).

Meski lebih bagus dan lebih murah, pihaknya tetap memiliki tanggung jawab dalam menyerap hasil panen produksi petani. Apalagi mendekati Maret 2022, dimana diprediksi terjadinya puncak panen gabah. “Tetapi kalau kita pilih itu (beras impor), kita tidak berpihak pada petani,” katanya.

Realisasi penyaluran cadangan beras pemerintah (CBP) untuk program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) mencapai 767.869 ton, tanggap darurat 8.584 ton, golongan anggaran 89.245 ton, dan program bantuan beras selama PPKM mencapai 288 ribu ton. Sehingga total menjadi 1.153.698 ton.

“Jumlah penyerapan tersebut sesuai CBP, penyerapan tinggi sepanjang tahun 2021. Penyerapan tertinggi berlangsung di bulan Maret-Juni dengan persentase 50-65% terhadap total serapan per tahun,” kata Buwas.

Meski tengah menyerap gabah dari petani, namun dalam waktu dekat harga beras diperkirakan bakal kembali naik di awal tahun 2022.

“Dipicu oleh rendahnya panen pada November – Desember 2021 disertai dengan terjadinya bencana hidrometeorologi pada awal 2022, maka harga beras diestimasikan akan terus meningkat pada Desember 2021 sampai dengan Februari 2022,” sebut Buwas.

Jika sampai terjadi, maka kenaikan harga beras bakal menambah panjang deretan kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan sepanjang awal tahun ini. Sebelumnya ada kedelai, cabai hingga minyak goreng. {cnbc}