News  

Bangkok Berubah Jadi Krung Thep Maha Nakhon, Ini 5 Ibukota Yang Pernah Berubah Nama

Pemerintah Thailand telah secara resmi menyetujui penggantian nama Ibu Kota Bangkok. Kini, kota yang dikenal dengan kuil-kuilnya itu disebut dengan nama lokalnya, Krung Thep Maha Nakhon.

Perubahan nama tersebut memicu berbagai reaksi. Sebagian orang yang tak berbahasa Thai mungkin merasa kesulitan mengucapkannya.

Tetapi, nama “baru” itu sebenarnya sudah umum di lidah orang Thailand. Krung Thep Maha Nakhon merupakan versi singkat dari nama asli Bangkok.

Dengan berbagai alasan kebudayaan, Bangkok bukan ibu kota pertama yang mengganti nama, berikut daftarnya:

Harare

Ibu kota Zimbabwe juga telah melewati perubahan nama. Harare dulu dikenal sebagai Salisbury. Kota tersebut berada di daerah koloni Rhodesia.

Salisbury dulunya merupakan sebuah pemukiman yang didirikan oleh prajurit bayaran Perusahaan Afrika Selatan Britania. Nama kota yang berada di daerah koloni Rhodesia itu diambil dari PM Inggris pada masanya.

Menyingkirkan sisa-sisa penjajahan, pemerintah lantas mencampakkan nama tersebut saat perayaan kemerdekaan Zimbabwe yang kedua pada 18 April 1982.

Nur-Sultan

Turut mengubah nama usai meraih kemerdekaan, ibu kota Kazakhstan melepas nama lamanya. Kota yang kini secara resmi disebut Nur-Sultan itu tak hanya sekali melewati perubahan nama.

Nama Akmonlisk, Tselinogard, dan Aqmola sempat terpilih. Setelah merdeka, kota yang dikerubungi gedung pencakar itu disebut sebagai Aqmola. Pada 1998, namanya berubah lagi menjadi Astana yang berarti ‘ibu kota’ dalam bahasa Kazakhstan.

Presiden pertama Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev, kemudian mundur dari jabatan pada Maret 2019. Untuk menghormati jasanya, parlemen kemudian mengambil nama depan sang presiden, yaitu Nur-Sultan.

Oslo

Selayaknya negara-negara sebelumnya, warga Norwegia juga menghapus jejak asing dari nama ibu kota mereka.

Oslo yang terkenal akan sejarah bahari dan museumnya itu sebenarnya memang memeluk nama itu sejak dulu. Namun, kebakaran hebat melanda wilayah yang terletak di timur teluk Bjorvika tersebut pada 1624.

Seorang raja Denmark yang berkuasa, Christian IV, kemudian membangun kembali kota tersebut dari reruntuhan. Ia lantas mengubah namanya menjadi Christiana, yang kemudian berubah ejaan menjadi Kristiana pada 1877.

Sejak merdeka penuh, Norwegia memutuskan untuk tak mengenang kembali raja Denmark itu. Nama ibu kota Norwegia kembali menjadi Oslo pada 1905.

Kinshasa

Ibu kota Kongo pernah dikenal sabagai Leopoldville. Nama itu diambil dari seorang Raja Belgium, Leopold II, yang menguasai Negara Bebas Kongo. Usai merampas kembali tanah airnya, Kepala Staf Militer Kongo Mobutu Sese Seko menyatakan diri sebagai presiden.

Seko kemudian membuang nama Leopoldville pada 1966. Agar lebih rekat dengan budaya Afrika, kota tersebut berubah menjadi Kinshasa.

Dushanbe

Ibu kota Tajikistan dirujuk dengan nama Dyushambe hingga tahun 1929. Nama yang berasal dari bahasa Rusia itu kemudian berubah menjadi Stalinabad atau “Kota Stalin” hingga 1961.

Dalam upaya reformasi politik sejak kematian Stalin, Tajikistan lantas mengubah nama kota itu menjadi Dushanbe yang lebih identik dengan suasana kota.

Nama tersebut berasal dari kata Persia yang berarti “Senin” untuk merujuk pada fakta bahwa kota itu merupakan pasar hari Senin yang populer. {kumparan}