News  

Refly Harun: Negara Lebih Takut Radikalisme Ketimbang Korupsi Yang Lebih Mengkhawatirkan

Ahli hukum tata negara, Refly Harun menanggapi masuknya nama Ustaz Abdul Somad (UAS) serta Ustaz Felix Siauw dalam daftar penceramah terindikasi intoleran dan radikal.

Refly Harun mengatakan pasti ustaz yang masuk ke dalam daftar itu adalah sosok yang kerap mengkritik pemerintah.

“Pastilah ini yang suka ngeritik pemerintah. Kalau ustaz yang tidak mengkritik pemerintah tidak radikal ya,” ujarnya melalui kanal Youtube Refly Harun, Senin, 7 Maret 2022.

Terkait hal ini, Refly pun menilai negara lebih takut dengan radikalisme ketimbang korupsi.

“Jadi saya katakan negara ini lebih takut dengan radikalisme ketimbang korupsi, karena dianggap radikalisme itu jauh lebih mengusik the establishment mungkin, dibandingkan orang yang korupsi,” ungkapnya.

“Padahal kita tahu justru korupsi yang lebih mengkhawatirkan ya,” sambungnya.

Advokat ini lalu menjabarkan ciri-ciri penceramah radikal menurut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

“Ada lima ya, yaitu satu anti Pancasila, pro khilafah, dan menginginkan terbentuknya negara Islam,” terangnya.

Sejauh ini, Relfy mengaku tidak pernah melihat UAS, Ustaz Felix ataupun ustaz di daftar itu yang melakukan ciri kedua.

“Kemudian, ciri kedua mengajarkan paham takfiri yang mengafirkan pihak lain yang berbeda paham maupun berbeda agama. Saya tidak pernah dengar itu dari Abdul Somad atau ustaz yang disebutkan itu ya, termasuk juga Felix Siauw,” katanya.

Sementara soal ciri ketiga, kata dia, orang harus membedakan sikap anti pemimpin dengan sikap kritis.

“(Ciri ketiga), menanamkan sikap anti pemimpin atau pemerintah yang sah. Nah jadi sikap anti pemimpin dengan pemerintahan yang sah itu berbeda dengan sikap kritis terhadap kepemimpinan,” terangnya.

“Sikap membenci, membangun ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintahan maupun melalui propaganda fitnah, adu domba, hate speech dan sebaran hoaks. Jadi, kalau ada penceramah yang kerjanya memfitnah, menyebarkan berita bohong, namanya bukan penceramah,” imbuhnya.

Lebih lanjut, soal ciri keempat pun Refly tidak melihatnya ada di dalam diri UAS.

“Kemudian yang keempat, memiliki sikap eksklusif terhadap lingkungan maupun perubahan serta intoleransi terhadap perbedaan maupun keragaman. Saya tidak melihat Abdul Somad eksklusif orangnya, bahkan terlalu sederhana,” ucapnya.

“Lalu terakhir, memiliki pandangan anti budaya atau anti kearifan lokal keagamaan. Jadi Abdul Somad hobi sekali bikin pantun, itu adalah kearifan lokal,” pungkasnya. {PR}