News  

Jerman, Prancis, Italia Hingga Spanyol Kecam Serangan Israel di Masjid Al-Aqsa

Palestina mendesak komunitas internasional untuk turun tangan demi menghentikan agresi Israel terhadap kompleks Masjid al-Aqsa usai serangan pada Jumat (15/4). Seruan itu kemudian direspons oleh sejumlah negara Eropa.

Jerman, Prancis, Italia, dan Spanyol mengutuk keras kekerasan di Yerusalem Timur itu. Kementerian Luar Negeri mereka mengungkap kecaman tersebut lewat pernyataan bersama.

“Kami menyerukan semua pihak untuk menahan diri secara maksimal serta menahan diri dari kekerasan dan dari segala bentuk provokasi,” tulis pernyataan itu.

Serangan polisi anti-huru hara Israel terhadap situs suci itu mencederai setidaknya 153 warga Palestina. Sebagian besar korban terluka akibat peluru berlapis karet, granat kejut, dan pukulan tongkat polisi.

Kekerasan itu memicu kekhawatiran akan kembalinya konflik meluas. Amerika Serikat turut mengaitkan agresi itu terhadap perang Gaza pada 2021. Pihaknya kemudian mengungkap ‘keprihatinan yang mendalam’.

“Kami menyerukan semua pihak untuk menahan diri, menghindari tindakan dan retorika provokatif, dan melestarikan status quo bersejarah di Haram al-Sharif/Temple Mount,” bunyi pernyataan Kemlu AS.

Ketegangan antara kedua pihak telah memuncak akibat rentetan serangan selama tiga pekan terakhir. Sekitar 14 orang di Israel dan 22 warga Palestina tewas dalam serangan-serangan tersebut.

Konflik semakin memanas akibat kelompok ekstremis Yahudi. Mereka mengumumkan akan mengadakan pengorbanan hewan di kompleks tersebut.

Ratusan pengunjuk rasa Palestina lantas berkumpul untuk mempertahankan tempat ibadah mereka. Polisi Israel mengeklaim, puluhan pria bertopeng berbaris menuju masjid. Mereka disebut menyalakan kembang api sebelum melemparkan batu ke arah Tembok Barat.

Sementara itu, saksi mata mengatakan, pasukan Israel menembakkan peluru berlapis karet dan granat kejut terhadap pengunjuk rasa.

Warga Palestina juga mengedarkan rekaman dari lokasi. Unggahan itu menunjukkan para petugas menyerang pengunjuk rasa, termasuk wanita dan jurnalis yang melarikan diri, tanpa alasan yang jelas.

Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid, lantas menyebut kerusuhan itu tidak dapat diterima. Menurutnya, dua hari raya keagamaan yang bertepatan tidak seharusnya meletuskan perselisihan.

“Konvergensi Ramadhan dan Paskah adalah simbol dari kesamaan yang kita miliki. Kita tidak boleh membiarkan siapa pun mengubah hari-hari suci ini menjadi platform untuk kebencian, hasutan, dan kekerasan,” tutur Lapid. {kumparan}