Curhat Warga Usai Harga BBM Naik: Apa-Apa Naik, Penghasilan Doang Enggak Naik

Pemerintah baru saja menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite hingga Pertamax. Hal ini lantas banyak memunculkan banyak keluhan warga.

Salah satunya adalah Rayyan, seorang ojek online. Dia menilai, kenaikan harga BBM ini tidak tepat. Terlebih lagi dengan penghasilannya yang ‘pas-pasan’.

“Kurang tepat aja sih, kan orang kecil rada susah. Apa-apa pada naik, penghasilan doang tidak naik,” ujar Rayyan saat ditemui di SPBU Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Sabtu (3/9).

Dengan kenaikan ini, Rayyan menilai tidak sebanding dengan penghasilan yang didapatnya. Apalagi, seorang ojek online sangat bergantung pada kendaraan bermotor yang membutuhkan bensin.

“Biasanya isi Rp 25 (ribu) dapet 3,2 liter. Tadi 3 liter pas. Biasanya buat berapa kali tarikan, sekarang ya agak berkurang,” jelas dia.

Senada dengan Rayyan, warga lainnya, Ferin mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan kenaikan harga BBM. Menurut dia, dengan naiknya harga BBM akan merembet ke semua bidang.

“Dampaknya pasti ini akan lebih luas. Karena BBM naik pasti semuanya akan ikut naik. Ya sembako, ya semuanya,” katanya.

Warga lainnya, Tika, mengaku kenaikan harga BBM ini sangat mempengaruhi keuangannya. Dia berharap, pemerintah bisa kembali menurunkan harga BBM.

“Enggak setuju sebenernya, kaget juga, agak keberatan karena mahal, jadi Rp 14.500. Agak mahal sih dari yang sebelumnya,” ucap Tika.

“Harapannya turun lagi, normal, lagi, turun dulu, dan gaji harap juga naik, amin,” pungkas dia.

Pemerintah resmi menaikkan harga BBM subsidi yaitu Pertalite dan Solar, Sabtu (3/9). Pertalite naik dari sebelumnya Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, Solar naik dari sebelumnya Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter.

Tak hanya BBM subsidi, pemerintah juga menaikkan harga BBM nonsubsidi yaitu Pertamax dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.

Keputusan pemerintah menaikkan harga BBM subsidi lantaran harga minyak mentah yang terus menanjak di level USD 90 hingga USD 100 per barel. Sementara asumsi harga minyak dalam APBN 2022 di level USD 63 per barel, meski akhirnya diubah menjadi USD 90 per barel.(Sumber)