Bisnis Tanaman Hias Kokedama, Mahasiswa UMG Ini Raup Puluhan Juta

Mahasiswa Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), Chusnan Muslikhin, menjadi sosok mahasiswa yang menginspirasi. Ia sukses kuliah sambil menjalankan bisnis tanaman hias dengan menggunakan teknik Kokedama.

“Bisnis ini berawal dari matakuliah di kampus UMG, yakni Teknologi Tanaman Hias dan Kewirausahaan, yang kemudian Saya implementasikan,” ucapnya menceritakan kisah awal perjalanan bisnisnya, Rabu, (13/2/2019).

Lantas, apa itu Kokedama. Mahasiswa asal Lamongan ini membeberkan, secara terminologi, Kokedama terdiri dari kata “koke” yang berarti lumut dan “dama” yang berarti bola.

“Jadi Kokedama biasa disebut bola lumut, atau dalam artian yang lebih luas yaitu tanah yang dibentuk seperti bola dan dibungkus dengan lumut,” ujar Ucik sapaan karib Chusnan Muslikhin.

Menurutnya, nama Kokedama yang cenderung berkiblat ke bahasa Jepang ini, dikarenakan ide tersebut pertama kali muncul di Jepang. “Ini kombinasi antara bonsai tipe Nearai dan Kusamono,” tuturnya.

Ia menguraikan, bonsai tipe Nearai adalah miniatur pohon yang dilepaskan dari wadahnya dan di-display pada tembikar atau potongan kayu. Sementara bonsai tipe Kusamono merupakan bonsai dengan peletakan rumput liar dan bunga pada pot atau wadah yang unik.

“Dan ternyata, Kokedama ini juga merupakan estetika dari Wabi-sabi, yang merepresentasikan pemandangan Jepang di dunia,” ucap Ucik.

Lebih lanjut Ucik menjelaskan, fungsi dari Kokedama adalah sebagai media tumbuh untuk tanaman hias. “Kokedama bisa diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman herba, tanaman semusim atau menahun, rumput, paku, bahkan umbi,” ucapnya.

Namun, kata Ucik, pada umumnya Kokedama diaplikasikan pada tanaman yang memiliki ukuran kecil dan biasa diletakkan di dalam ruangan agar lebih mudah dalam perawatan dan tidak akan tumbuh besar dengan cepat.

Lebih jauh, Ucik mengaku, dalam mengembangkan bisnis ini tidak membutuhkan tempat yan luas, Ia hanya cukup memanfaatkan halaman rumahnya untuk membuat tanaman hias melalui teknik Kokedama.

“Alhamdulillah karya saya bisa diterima oleh konsumen,” ujarnya.

Praktis, Ia bisa survive mengenyam pendidikan tinggi. Bahkan, Ucik tak lagi bergantung orang tua untuk membiayai pendidikannya.

“Sudah berjalan 4 bulan dan omzetnya setiap bulan trendnya positif, instansi pemerintah, kampus dan pecinta tanaman hias menjadi konsumen Saya,” katanya.

Mahasiswa Agroteknologi UMG ini, mengaku, memasarkan Kokedama lewat sosial media (sosmed). “InsyaAlloh jika ada modal lagi akan saya kembangkan bisnis yang menjanjikan ini,” ujar Ucik sambil tersenyum. [timesindonesia]