Mengenal Sosok Gandung Pardiman, Anggota Fraksi Golkar DPR RI Asal DIY

Gandung Pardiman lahir di Bantul, Yogyakarta pada 25 Februari 1953. Suami dari Tri Sudaryati ini sekarang menjabat sebagai anggota DPR RI dari fraksi Golongan Karya (Golkar). Gandung Pardiman adalah salah satu dari sembilan wakil yang dipunyai D.I. Yogyakarta sebagai legislator di DPR RI. Pada saat pemilihan anggota DPR tahun 2009 dan periode 2019 silam, Gandung Pardiman ada di Daerah Pemilihan (Dapil) D.I. Yogyakarta.

Lebih lanjut, daerah pemilihan tersebut melingkupi area Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, Kabupaten GunungKidul, Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Gandung Pardiman kemudian diamanahkan untuk duduk di Komisi IX DPR yakni komisi yang menangani tentang Tenaga Kerja, Transmigrasi, Kependudukan dan Kesehatan.

Sebelum menjabat sebagai anggota DPR RI, Gandung Pardiman sempat duduk sebagai Anggota DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2004-2009. Dalam kiprahnya sebagai politisi, pemegang gelar strata dua dari Universitas Mitra Indonesia ini dikenal sangat gigih memperjuangkan aspirasi masyarakat DIY dan terkenal dengan slogannya yaitu ikhlas berjuang, ikhlas beramal, peduli semuanya.

Pantas jika Gandung Pardiman sangat ikhlas pada DIY dan sekitarnya, sebab sejak lahir hingga beranjak dewasa ia lekat dengan provinsi ini. Masa kecilnya dilewatinya di DIY dengan bersekolah di SDN Karang Tengah dari tahun 1961 sampai 1967.

Lalu melanjutkan ke SMPN 1 Imogiri pada tahun 1967 sampai 1970. Dan selanjutnya bersekolah di SMAN 1 Bantul dari tahun 1970 sampai 1973. Pendidikan tingginya pun ia lewati di Yogyakarta, yakni PGSLP, IKIP Veteran Yogyakarta. Gandung Pardiman lulus dari kampus ini pada tahun 1986.

Pada Pemilu 2014 ia harus ikhlas tak terpilih dan hanya meraih suara terbesar kedua di Dapilnya. Gandung kalah suara oleh Siti Hediati Haryadi atau yang dikenal dengan akrab Titiek Soeharto. Namun keberuntungan memihaknya, Titiek Soeharto mengundurkan diri sebagai anggota DPR RI.

Titiek sekaligus mengundurkan diri dari keanggotaan di Partai Golkar atas sebab ia berpindah partai ke Partai Berkarya. Atas mundurnya Titiek Soeharto, Gandung Pardiman yang mendapatkan suara terbesar kedua di bawah Titiek berhak menggantikan posisinya dengan mekanisme PAW (Pergantian Antar Waktu) sebagai anggota DPR RI pada 2018 silam.

Banyak orang yang kemudian menyatakan bahwa Golkar mengalami kerugian besar karena kehilangan sosok Titiek Soeharto. Tetapi Gandung Pardiman yang kala itu menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Golkar DIY justru memiliki perspektif lain dari mundurnya Titiek sebagai kader Partai Golkar. Ia dan segenap kader Golkar DIY justru menyambut gembira dengan mundurnya Titiek Soeharto. Pasalnya, menurut Gandung Pardiman, sejak Titiek bergabung dengan Partai Golkar, perolehan suara partai berlambang pohon beringin di DIY justru menurun.

Ia dengan berani menegaskan bahwa, kehadiran keluarga Cendana di Partai Golkar tidak menguntungkan Golkar sama sekali, terutama untuk mendulang suara dari masyarakat. Dari segi perolehan suara di Pemilu, kehadiran Titiek Soeharto sama sekali tidak mengatrol naik suara partai, bahkan malah semakin menurun.

Dia mencontohkan, pada Pemilu 2009 sebelum Titiek Soeharto bergabung, Partai Golkar DIY mampu mendulang 250.000 suara untuk DPR RI. Namun setelah Titiek Soeharto bergabung pada Pemilu 2014, suara Partai Golkar untuk DPR RI hanya 190.000 suara. “Suara Partai Golkar turun 60.000 suara. Artinya kehadiran keluarga Cendana yang direpresentasikan oleh Mbak Titiek justru membuat suara Golkar di DIY turun di DIY,” kata Gandung.

Pada Pemilu 2019, Gandung Pardiman pun berhasil melenggang ke DPR RI. Ia berhasil meraih 65.535 suara. Sementara secara keseluruhan, suara Partai Golkar kembali menurun dibanding dengan Pemilu tahun 2014, di DIY Partai Golkar mendapatkan 152.903 suara, atau urutan ketujuh dari 16 partai yang bersaing.

Penurunan suara Partai Golkar ini lebih disebabkan kurangnya konsolidasi di akar rumput, selain itu menjelang Pemilu 2019 Partai Golkar juga cukup sibuk berkonflik internal. Saat itu terjadi tiga kali pergantian kepemimpinan ketua umum partai dalam satu periode. Gandung Pardiman pun kini ditempatkan di Komisi VII DPR yakni komisi yang menangani tentang Energi, Riset Tekhnologi serta Lingkungan Hidup.

Memasuki babak baru, Gandung Pardiman, seolah ingin melunasi janjinya agar suara Partai Golkar kembali meningkat di DIY. Ia pun maju sebagai Ketua DPD Golkar DIY, tak butuh waktu dan jalan yang berliku saat berlangsung Musda, Gandung kembali dipercaya oleh kader melalui Musda yang digelar pada 4 Maret 2020, di New Shapir Hotel Yogyakarta.

Dalam Musda tersebut, Gandung Pardiman dipilih secara aklamasi oleh mayoritas DPD 2 Golkar DIY atau mendapatkan 9 suara dari total 11 suara DPD 2 Golkar DIY. Meski usianya sudah senja, Gandung masih memiliki semangat dan visi untuk mengembalikan kejayaan Golkar di DIY.

Dalam pidatonya pada saat Musda X Golkar DIY, ia sempat menyebut dirinya serupa Mahathir Mohammad, mantan Perdana Menteri Malaysia yang meski sudah berusia senja, namun tetap memijakkan karier politiknya di sana. Selain itu, Gandung Pardiman berpendapat, bahwa pasca Musda Golkar DIY, ia menginginkan adanya percepatan konsolidasi kepartaian agar Golkar DIY segera menggerakkan mesin partainya.

Hal paling kentara dari sosoknya yang bijaksana, Gandung Pardiman pernah menegaskan bahwa mengelola partai tidak boleh sembarangan dan yang terutama manfaat Golkar harus dirasakan oleh masyarakat.

Cara membuat partai Golkar besar sekaligus mewujudkan berbagai target tersebut, adalah dengan menyentuh hati rakyat dengan karya nyata, tidak sekadar omelan. Karenanya, Gandung Pardiman sangat dikenal memiliki pribadi yang loyal terhadap partai serta kader dan tak segan untuk membantu siapapun masyarakat yang membutuhkan.

Namun hal itu bukan hanya dilakukan demi mengambil simpati rakyat, Gandung dalam kesehariannya juga demikian, bahkan ketika ia tidak menjadi apa-apa dan bukan siapa-siapa. Oleh karenanya tak heran masyarakat memilihnya untuk duduk di kursi DPR RI periode 2019-2024.

Dalam periode berjalan ketika menjalankan tugasnya sebagai anggota DPR RI, Gandung dikenal sebagai pribadi yang paling sering turun ke masyarakat. Beberapa program kemudian digulirkannya, di antaranya Program Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJU TS) sekitar 350 titik di berbagai desa wilayah Kabupaten Gunungkidul, Bantul dan Kulonprogo.

Dalam agenda kegiatan PJU TS di berbagai desa ini, bukan hal baru bagi Gandung Pardiman, ia memang dikenal sebagai orang yang sering menyambangi pedesaan,

bahkan ia menunjukkan kepeduliannya terhadap pembangunan desa jauh sebelum lahir UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Gandung seolah telah memiliki visi ke depan untuk memajukan desa. Dia memelopori pentingnya menjadikan desa sebagai pusat pertumbuhan. “Kalau gubernur DIY punya gagasan kecamatan sebagai pusat pertumbuhan, maka ide saya menjadikan desa sebagai pusat pertumbuhan,” ujar Gandung mengingatkan kembali konsep yang penah digulirkannya 10 tahun silam.

Gandung juga sempat dituding punya pikiran gila saat mengajak para kepala desa datang ke Jakarta. Dia mendorong pentingnya pemerintah mengalokasikan anggaran untuk percepatan pembangunan desa. Saat menjadi anggota DPR RI periode 2009-2014,  Gandung mengungkapkan desa-desa perlu mendapatkan alokasi dana Rp 1 miliar.

Pria yang saat itu masih menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan DPD Partai Golkar DIY itu datang untuk menyaksikan peresmian PJU-TS Kementerian Energi Sumber Daya Mineral Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. Peresmian dipusatkan di Embung Merdeka yang berada di Desa Sumbermulyo. Gandung merasa seperti bernostalgia bisa hadir di tengah warga Sumbermulyo.

Dia merasa bersyukur bisa terpilih kembali mewakili rakyat DIY. Salah satu dukungan nyata  itu berasal dari masyarakat Sumbermulyo. “Saya dipilih lebih karena hubungan katresnan (kecintaan, Red), bapak dan ibu semua yang ada di sini. Saya tidak pernah memakai politik uang. Sehingga begitu terpilih saya tidak punya beban dan utang. Ini betul-betul saya syukuri,” ungkapnya.

Selain PJU TS, Gandung Pardiman juga memiliki program lainnya yang dirasakan pula oleh masyarakat DIY di berbagai kabupaten. Seperti program sumur bor di wilayah Gunungkidul dan Bantul yang rawan air bersih.

Selain itu ada program pembenahan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di wilayah Gunungkidul. Kemudian menyalurkan Kelompok Usaha Bersama (kube). Penyaluran sekitar 90 motor roda 3 pengangkut sampah yang diperuntukan untuk Kelompok Bank Sampah dan pengelola sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Di Komisi VII DPR RI, banyak hal telah dilakukan oleh Gandung Pardiman selama ia bekerja sebagai anggota DPR RI, diantaranya adalah berkontribusi aktif dalam pembahasan Rencana Strategis Program Prioritas Tahun 2022 untuk Pembangunan Industrial Integrated Center dan Tata Kelola UPT BSKJI Pasca Perpres Nomor 78 Tahun 2021 tentang BRIN.

Kemudian turut aktif dalam rencana penetapan wilayah pertambangan 10 provinsi dan program Kementerian ESDM Tahun 2022, serta Kebijakan Pemenuhan DMO Batubara. Pembahasan mengenai perubahan atas peraturan menteri No 4 Tahun 2018 tentang perusahaan gas bumi pada kegiatan usaha hilir migas.

Lalu Raker Komisi VII DPR dengan Kementerian ESDM mengenai Penguatan Dewan Energi Nasional (DEN), Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), Pembangkir Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE), Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJU-TS) dan Subsidi LPG dan BBM.

Kemudian mengusulkan RUU tentang Perlindungan Pembantu Rumah Tangga (PRT) masuk dalam Prolegnas RUU Tahun 2020-2024 dan Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2020 dan hal lainnya yang masih banyak dilakukan oleh Gandung Pardiman. Sebagai seorang senior, komitmennya pada masyarakat dan institusi tempatnya bernaung membuatnya sebagai pribadi yang pantas diteladani. {golkarpedia}