News  

Psikolog Ini Ungkap Alasan Anak Pejabat Bersikap Arogan dan Suka Pamer Harta

Mario Dandy Satriyo (20 tahun) disorot publik atas tingkahnya: Pamer kekayaan orang tua, arogan, hingga berani menganiaya David Latumahina (17) hingga kritis.

Mario merupakan anak Rafael Alun Trisambodo, eks pejabat Ditjen Pajak. Harta kekayaannya Rafael mencapai Rp 56 miliar.

Kenapa marak anak pejabat arogan dan suka pamer harta?
“Kalau melihat track record, kita tidak hanya melihat dia pamer kekayaan, tapi juga lihat sekolahnya. Sekolahnya kan cuma sampai kelas XI berarti kan kelas 2 SMA, enggak selesai kan. Kemudian pamer kayak gitu.

Sebetulnya dia orang yang enggak percaya diri dengan kemampuan dia, sebenarnya dia orang yang enggak kompeten,” ujar Psikolog Aida Malikha saat wawancara dengan kumparan, Sabtu (25/2).

Aida yang merupakan Direktur Humanika Psychology Center itu mengatakan karena kurangnya kepercayaan diri dan kompetensi diri, anak pejabat ingin menunjukkan jati dirinya dengan cara yang lain. Salah satunya dengan memamerkan gaya hidup mewahnya di media sosial.

“Nah, karena dia kurang kompeten makanya dia ingin menunjukkan bahwa wow dia itu lebih. Dari mana ya bukan dari punya dia karena kemampuan dia sendiri kan dia enggak punya. Yang dipamerkan yang bisa dilakukan ya itu tadi mungkin dengan pamer harta orang tuanya seperti itu,” jelas Aida.

Selain masalah kepercayaan diri, pola asuh di keluarga juga berperan penting untuk membentuk karakter seorang anak.

“Kemudian yang kedua itu pola asuh. Bagaimana pun anak itu terbentuk dari pola asuh keluarganya. Nah, bisa jadi karena orang tuanya kurang memberikan tanggung jawab seperti itu, memanjakan bisa seperti itu, sehingga ya terbentuk seperti ini perilakunya,” beber Aida.

Karakter anak yang terkesan arogan bisa terbentuk akibat orang tua yang kurang memberikan batasan-batasan serta nilai yang pantas untuk diaplikasikan dalam kehidupan.

“Lalu mungkin tidak memberikan konsekuensi juga. Kalau tadi kan misalnya dia sudah bagus ya waktu SMA itu, juga kita enggak tahu nih kenapa dia sampai pindah dari SMA-nya. Nah, pindah kan harusnya ada alasan berarti tidak sanggup di situ. Berarti kalau dia sanggup pasti dia tetap di situ,” kata Aida.

Sehingga menurut Aida, hal terpenting yang dapat mempengaruhi perilaku seorang anak ditentukan lewat pola asuh dan kesadaran orang tua dalam mencontohkan nilai-nilai kehidupan yang baik.

“Kalau menurut aku, itu pertama pola asuhnya ya, pola asuh dari orang tuanya membentuk dia seperti itu. Lalu pembiaran orang tuanya kan berarti masak masih mahasiswa pakai Harley, itu duit dari mana, pasti kan dari duit dari ayahnya. Berapa uang sakunya berarti kemudian memanjakan,” ujar Aida.

“Kemudian kurang memberikan tanggung jawab. Kemudian dia sampai mukulin orang sampai enggak sadar. Anggaplah dia mau ngasih pelajaran tapi kan harusnya enggak segitunya juga,” ujar Aida.(Sumber)