News  

Kacau! Ada Penyuka Bokep Ingin Nyapres!

Siapa saja bebas ingin jadi presiden di negara Pancasila. Konstitusi menjamin itu. Tak hanya soal kompetensi. Adab dan moral amat diperlukan untuk menjadi pemimpin di negara Berketuhanan Yang Maha Esa.

Kecuali Anda sudah tidak punya rasa malu. “Malu sebagian dari Iman.” [Hadits]. Anda bebas melakukan apa saja sesuka hati Anda bila Anda tak beriman dan hidup di negara yang tidak beragama alias atheis bin komunis. “Jika kamu tidak malu, berbuatlah sesukamu” [HR. Bukhari]

Al-Zamakhshari berkata bahwa malu adalah perubahan dihati dan perasaan seseorang ketika ia takut dicela atau takut ketahuan aibnya.

Sedangkan menurut Al-Raghib bahwa malu itu artinya ketidaksukaan jiwa kita dari perbuatan yang sifatnya jelek.

Ketika kita tidak mau melakukan sesuatu yang sifatnya buruk, itu berarti kita punya rasa malu.

Rasa malu itu pembuka segala kebaikan.

الحَيَاءُ لاَ يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ

“Rasa malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.” [Hadits]

Ini bukannya malu dengan penyuka bokep. Malah dengan bangganya ia mempertontonkan bahwa ia penyuka bokep (film porno) di sebuah chanel podcast.

Menurut dr. Fajar Dwi Cahyo seperti dikutip dari aladokter.com, Pada otak manusia terdapat suatu bagian yang berfungsi untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mempertimbangkan segala aspek negatif dari tindakan yang dilakukan, serta mengontrol diri dari tindakan yang tidak baik atau tidak sesuai. Bagian otak tersebut adalah PFC atau prefontal cortex.

Masih menurut dr. Fajar, Pada orang yang sering melakukan tindakan yang tidak baik, seperti meminum alkohol, mengkonsumsi narkoba, merokok, menggunakan obat-obatan, menonton video porno menyebabkan terjadinya gangguan pada prefrontal cortex tersebut.

Seorang psikolog klinis, dr. Ramani Durvasula seperti dikutip dari klikdokter.com, membahas hubungan antara penderita gangguan narsistik dan kebiasaan nonton film porno.

Menurutnya, pornografi memang menjadi perhatian dari orang-orang dengan gangguan narsistik. Rancangan narsisme yang dimiliki mereka sangat cocok dengan apa yang diberikan oleh pornografi.

“Salah satu kekurangan yang dimiliki oleh pemilik sifat narsis adalah mereka tidak peduli dengan keintiman,” kata Durvasla, seperti dilansir dari Men’s Health.

“Bagi orang narsistik, hubungan yang mereka lakukan sebagian besar berfungsi untuk mengatur harga diri mereka. Hubungan yang dijalin pun tidak benar-benar tentang cinta, timbal balik, rasa hormat, atau mutualitas,” kata dia lagi.

Jika dilihat dari sudut pandang yang sehat, Durvasula berpendapat bahwa seks adalah cara untuk mengungkapkan ketertarikan, cinta, dan hubungan.

“Tapi itu tidak berlaku bagi orang narsistik. Bagi mereka, seks adalah kekuasaan, kepuasan, kontrol, kinerja, dan validasi. Dan pornografi memberikan semua itu. Film porno menjadi bahan yang bisa dikonsumsi sesuai permintaan dan selera,” jelasnya.

Film porno tidak membutuhkan empati, tidak perlu koneksi antara dua orang, dan tidak ada timbal balik. Film tersebut “dangkal” dan secara visual sangat menampilkan kontrol dan kekuasaan.

Wajar kan bila penyuka bokep tak punya rasa empati terhadap warga Wadas. Provinsi termiskin dan tingkat pengangguran terbuka tinggi.

Tentu bukan ini sosok yang dibutuhkan Indonesia saat ini. Menaklukkan diri sendiri saja tidak mampu. Apalagi untuk membangun Indonesia dengan sejuta masalah dan segunung utang warisan rezim Jokowi.

Bandung, 5 Dzulqa’dah 1444/25 Mei 2023
Tarmidzi Yusuf, Kolumnis