News  

Dampak Boikot di Asia Ngeri! Restoran Cepat Saji Pro Israel Rugi Besar Hingga Tutup

Gerakan boikot dan anti-Israel berdampak pada sejumlah perusahaan yang diyakini dekat dengan Israel. Merek makanan cepat saji asal Amerika Serikat (AS), termasuk McDonald’s dan KFC, mengalami kerugian yang signifikan.

Ini terjadi di Asia khususnya Timur Tengah dan beberapa bagian Eropa Dilaporkan Irish Examiner, penurunan penjualan mulai terlihat setelah adanya seruan untuk memboikot produk mereka karena dianggap terkait dengan Israel di tengah konflik di Gaza.

Banyak orang di Timur Tengah misalnya, mengubah kebiasaan konsumsi mereka sejak perang dimulai. Mereka memangkas permintaan makanan cepat saji dari pengecer Amerika.

“Semua orang terkena dampak, ini adalah sesuatu yang tidak banyak orang sadari, bukan hanya merek barat, semua orang terkena dampak konflik pasca 7 Oktober,” kata Brandon Guthrie, salah satu pendiri dan mitra umum di Shatranj Capital Partners, seperti dikutip Jumat (31/5/2024).

Namun, kata Guthrie, dampak terhadap McDonald’s dan Starbucks jauh lebih tinggi karena mereka lebih banyak terpapar ke Mesir, Yordania, dan Maroko. McDonald’s menjadi sasaran boikot setelah foto dan video di media sosial menunjukkan toko waralabanya di Israel memberikan makanan gratis kepada tentara zionis setelah serangan 7 Oktober 2023 lalu.

Meskipun McDonald’s tidak mengungkapkan berapa kerugian yang dialami perusahaan akibat boikot ini selama kuartal keempat, Kepala eksekutifnya Chris Kempczinski sempat mengakui pengaruh ke perang Israel di Februari. Bukan hanya di Timur Tengah, tapi juga di negara-negara Muslim seperti Indonesia dan Malaysia.

Beberapa waralaba KFC juga mengalami hal senada. Ini terjadi di di Asia Tenggara seperti Malaysia, di mana 100 gerai KFC di terpaksa tutup sementara.

Di Pakistan, Coca Cola dan Pepsi juga jadi korban. Merek air dan minuman ringan lokal di beberapa toko kelontong diberi tempat dan preferensi di rak yang menonjol, menggeser keduanya.

Beberapa poster beredar di kalangan warga Pakistan yang melabeli perusahaan multinasional besar, termasuk kedua merek minuman AS, sebagai produk yang terkait dengan Israel. Pembuat kaleng untuk Pepsi dan Coca-Cola, Pakistan Aluminum Beverage Cans, mengalami penurunan penjualan sebesar 11% pada kuartal pertama, karena “permintaan domestik yang menurun”.

Di sisi lain, AmRest Holdings yang terdaftar di Bursa Efek Warsawa, salah satu operator makanan cepat saji terbesar di Eropa dengan merek termasuk Burger King, KFC, dan Pizza Hut, juga mengatakan dalam laporan kuartal pertamanya bahwa perang di Timur Tengah dapat “memengaruhi kepercayaan konsumen”. Ini mengubah kecenderungan mereka untuk mengonsumsi dan cara mereka mengonsumsi.

(Sumber)