News  

Para Orang Tua di Jakarta Keluhkan Rumitnya Sistem PPDB: Ribet Banget!

Taufik (55) pusing memikirkan nasib sekolah anaknya yang baru lulus SD. Sebab putrinya hingga saat ini belum diterima di SMP negeri mana pun di Jakarta.

Sekolah negeri menjadi pilihan keluarganya sebab bisa mendapat pendidikan gratis. Bagi Taufik yang bekerja sebagai office boy, ini sangat membantu ekonominya.

Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024 di Jakarta sudah dibuka sejak 10 Juni 2024 untuk jalur prestasi: akademik dan nonakademik. Keluarga Taufik mempercayakan pendaftaran putrinya kepada wali kelas.

Putri Taufik didaftarkan ke dua sekolah untuk yang berdasarkan nilai akademik yakni SMPN 107 dan SMPN 227. Dua sekolah itu dipilih karena dekat dengan sekolah. Tapi putrinya ditolak karena nilainya di bawah dari pendaftar lainnya.

Sedangkan, untuk yang berdasarkan nilai nonakademik, putri Taufik didaftarkan ke SMPN 250. Lagi-lagi dia terlempar dari seleksi karena nilainya yang belum cukup.

Taufik menilai PPDB tahun ini begitu rumit. Menurutnya sistem lama yang menggunakan nilai Ujian Nasional sebagai patokan masuk sekolah lebih mudah dipahami oleh orang tua sepertinya. Bahkan, bisa dilakukan sendiri oleh anak.

“PPDB sekarang rumit, saya malah enggak ngerti. Bikin rumit, bikin susah. Orang daftar sekolah ribet banget sekarang,” kata Taufik, Selasa (11/6).

Bagi Taufik lebih baik menggunakan sistem lama yang memakai nilai Ujian Nasional. Ia berharap sistem PPDB kembali seperti dulu tidak serumit sekarang.

“Kalau saya mendingan sistem yang dulu yang pakai Ujian Nasional. ini lebih rumit. Banyak orang tua yang enggak paham untuk daftarin anaknya,” ujar Taufik.

Berharap Diterima dari Jalur yang Lain
Taufik masih menyimpan asa untuk putrinya diterima di SMP negeri lewat jalur yang lain. Di Jakarta PPDB 2024 masih menyisakan jalur Afirmasi dan jalur Zonasi.

Pendaftaran jalur Afirmasi akan berlangsung pada 19-21 Juni. Sedangkan jalur Zonasi akan berlangsung 24-26 Juni.

Jika lewat jalur Zonasi, ada dua sekolah negeri yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari rumah Taufik. Pertama SMPN 107 dengan jarak 1,1 kilometer. Kemudian kedua SMPN 227 yang jaraknya 1,2 kilometer.

“Semoga bisa diterima di negeri karena pertama tidak dipungut uang gedung, kedua tidak ada iuran bulanan. Ya, pokoknya kalau negeri meringankan orang tua,” ujarnya.

“Kalau tidak diterima di negeri juga, ya, apa boleh buat kalau keinginan anak masih mau sekolah saya siap untuk di swasta,” pungkasnya.

(Sumber)