Wisata  

Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Pesona Indonesia Yang Mendunia

Dalam hal karakteristik bentang alam, Indonesia termasuk negara yang unik, karena sarat keanekaragaman. Salah satu keanekaragaman itu hadir pada sebaran gunung berapi di seantero Nusantara, yang jumlahnya mencapai lebih dari 100 gunung berapi.

Dari sekian banyak gunung berapi tersebut, terdapat beberapa gunung berapi aktif yang terkenal punya pemandangan sangat menakjubkan. Salah satu gunung istimewa tersebut adalah gunung Rinjani, yang terletak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat/

Gunung Rinjani merupakan gunung berapi aktif, tipe maar (perisai) berketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut (dpl). Dengan demikian, ia menjadi gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia, persis setelah Gunung Kerinci (3.805 m dpl) di Pulau Sumatra.

Secara administratif gunung tertinggi di kepulauan Nusa Tenggara ini berada dalam wilayah administrasi tiga kabupaten, yakni Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Lombok Barat. Gunung yang dianggap sakral oleh masyarakat suku Sasak ini merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani. Menjadi satu destinasi populer bagi para pendaki gunung, baik dari Indonesia maupun mancanegara.

Untuk jalur pendakiannya, terdapat empat jalur pendakian resmi  menuju puncak gunung Rinjani, yakni Sembalun (Lombok Timur), Senaru (Lombok Utara), Aik Berik (Lombok Tengah), dan Timbanuh (Lombok Timur).

Dari keempatnya, jalur Sembalun dan Senaru menjadi dua jalur populer, karena melewati kaldera Segara Anak. Secara spesifik, Sembalun juga dikenal sebagai daerah sentra penghasil kopi di Pulau Lombok.

Gunung Rinjani mempunyai kawah bernama Segara Muncar di puncaknya, dan kaldera Segara Anak (2.000 meter dpl) di lerengnya. Kaldera ikonik ini memiliki diameter sekitar 7,5 kilometer x 6 kilometer dengan kedalaman rata-rata mencapai 750 meter.

Keindahan Gunung Rinjani dan kaldera Segara Anakan ini sangat terkenal. Terbukti, di tingkat nasional, pemerintah Republik Indonesia sempat mengabadikannya sebagai salah satu gambar, dalam uang kertas nominal Rp10.000 edisi tahun 1998.

Sumber Gambar: Wikimedia Commons/Kembangraps

Di atas kaldera Segara Anak, terdapat dua kerucut vulkanik aktif, yakni gunung Barujari (2.376 meter dpl, pernah erupsi cukup besar tahun 2015), Cekungan Kawah Tapal Kuda, dan gunung Mas atau gunung Rombongan (2.100 meter dpl, aktif tahun 1944).

Bersama puncak gunung Rinjani yang kita kenal sekarang, ketiganya merupakan produk lanjutan dari megaerupsi gunung Samalas (4.200 m dpl).

Lavigne et.al (2013) memaparkan, megaerupsi gunung Samalas terjadi pada tahun 1257. Ketika itu, erupsi gunung yang juga dikenal dengan sebutan Gunung Rinjani Tua ini bermagnitudo atau berskala eksplosivitas (VEI) mencapai 7 dari maksimal 8, yang menghasilkan kolom letusan setinggi 43 kilometer, dan memusnahkan peradaban di sekitarnya.

Letusan ini tercatat sebagai salah satu yang paling eksplosif di Nusantara, setelah megaerupsi Gunung Toba (masa prasejarah) atau jauh sebelum erupsi dahsyat Gunung Tambora (1815) dan Krakatau (1883).

Sumber Gambar: Lavigne et.al (2013)

Besarnya tenaga dan material yang dikeluarkan dari perut bumi membuat tubuh gunung ini runtuh sebagian. Alhasil, terciptalah Kaldera Segara Anak, cekungan Kawah Tapal Kuda, Gunung Barujari, dan Gunung Mas seperti yang kita lihat sekarang.

Gambar di atas merupakan gambar hasil rekonstruksi bentuk praerupsi gunung berapi kembar Rinjani-Samalas yang dilakukan tim peneliti gabungan Indonesia-Perancis. Sebelum megaerupsi, Gunung Rinjani-Samalas (Rinjani Tua) diketahui memiliki dua puncak, yakni puncak Rinjani (3.726 meter dpl) dan puncak Samalas (4.200 meter dpl).

Posisi puncak Samalas kini adalah Kaldera Segara Anakan dengan dua kerucut gunung berapi di atasnya (Barujari dan Mas).

Berangkat dari keindahan menawan, dan jejak sejarahnya yang menggetarkan inilah, Gunung Rinjani akhirnya turut diapresiasi di tingkat dunia. Oleh UNESCO, Gunung Rinjani resmi ditetapkan sebagai geopark dunia.

Momen membanggakan ini terjadi pada sidang Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) di Paris, pada tanggal 12 April 2018.

Status spesial ini mempertegas keistimewaan Gunung Rinjani, sekaligus membuka potensinya sebagai destinasi wisata berbasis lingkungan. Di Indonesia, hingga tahun 2021, selain Gunung Rinjani, hanya ada lima geopark dunia yang juga diakui UNESCO, yakni Kaldera Batur (Bali), Danau Toba (Sumatra Utara), Ciletuh (Jawa Barat), Belitung (Bangka Belitung), dan Gunung Sewu (Yogyakarta).

Daftar ini baru bertambah lagi pada tahun 2023, setelah sidang UNESCO di Paris menetapkan Kawah Ijen (Jawa Timur), Karst Maros Pangkep (Sulawesi Selatan), Merangin (Jambi), dan Kepulauan Raja Ampat (Papua Barat) sebagai geopark dunia dari Indonesia.

Dilansir dari situs resmi UNESCO (unesco.org) UNESCO Global Geoparks (UGGp) adalah kawasan geografis tunggal dan terpadu, tempat situs dan lanskap yang memiliki signifikansi geologis internasional, yang dikelola secara holistik, dengan memadukan aspek perlindungan, pendidikan, dan pembangunan berkelanjutan.

Dengan status Gunung Rinjani sebagai geopark dunia, ada potensi besar yang bisa lebih dioptimalkan. Karena pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pariwisata, mempunyai program pariwisata “Wonderful Indonesia”.

Program ini secara spesifik sudah menetapkan lima Destinasi Super Prioritas (DSP) di Indonesia sejak tahun 2021. Kebetulan, salah satu DSP itu juga berada di Pulau Lombok, yakni DSP Mandalika, yang terkenal dengan wisata pantai dan sirkuit balapnya.

Jika dua potensi ini dapat dioptimalkan dengan baik, seharusnya manfaat yang dapat dirasakan bukan hanya dirasakan oleh turis yang berkunjung, tapi juga oleh masyarakat sekitar yang ikut diberdayakan olehnya. Bonusnya, kelestarian lingkungan dapat tetap terjaga.