Kawasan wisata Bandar Bakau Dumai menyuguhkan keindahan hutan bakau yang asri. Ini juga memberikan edukasi tentang ekosistem bakau sebagai pelindung pesisir laut dari agrasi sekaligus menjadi habitat dari bermacam flora dan fauna tepi laut. Konsep wisata sekaligus edukasi ini merupakan sebuah langkah besar untuk daerah pesisir seperti kota Dumai.
Adanya tempat wisata sekaligus edukasi ini juga diharapkan bisa menyebarkan kampanye sekaligus edukasi tentang agrasi dan pentingnya menjaga kawasan asri. Dengan demikian, bisa membuat angka deforestasi dan agrasi di Indonesia yang terus meningkat secara masif hingga menjadi tertahan.
Tak hanya menyuguhkan keasriannya, Bandar Bakau Dumai juga menyuguhkan ketenangan dan ambience laut dan kicauan burung yang dapat menenangkan pikiran sejenak. Kawasan wisata ini juga terdapat 24 jenis bakau dari 36 jenis yang ada di Dumai. Kemudian dengan lokasinya berhadapan langsung dengan Perairan Selat Rupat, Kabupaten Bengkalis, di sini pengunjung bisa melihat pemandangan kapal-kapal yang melintas di lautan.
Sejarah Kawasan Bakau Dumai
Menurut salah satu petugas konservasi, kawasan ini merupakan tempat meninggalnya Raja Aceh setelah tertimpa oleh duri buah bakau belukap. Tak hanya itu, di kawasan ini juga merupakan tempat matinya Putri Tujuh yang kisahnya sangat melegenda sampai sekarang. Bandar Bakau sebenarnya berada di atas lahan milik PT Pelindo Dumai.
Dahulu, tempat ini masuk dalam rencana perluasan pelabuhan. Hingga pada tahun 1998-1999, seorang pemuda bernama Darwis Mohd Saleh memimpin sebuah kelompok untuk menentang perluasan pelabuhan tersebut.
Kemudian pada tahun 2005 Pemerintah Kota Dumai mulai dibenahi lahan yang kala itu seluas 4 hektare ini. Sejak saat itu, ada tiga organisasi pencinta lingkungan yang yang ikut mengelola kawasan wisata ini.
Lalu, di tahun 2008, Pemko Dumai kembali membantu mengembangkan kawasan Konservasi Bandar dengan mendanai dalam segi pembangunan infrastruktur, dari jembatan sepanjang 500 meter dan drainase.
Di tahun yang sama juga Pemko Dumai memberikan dana hibah kepada Balai Konservasi sebesar Rp100 juta.
Di 2009, tempat ini dijadikan tempat riset dan edukasi bakau. Nama Bandar Bakau sendiri digunakan sejak 2010. Penamaan ini terinspirasi oleh tempat wisata di Pekanbaru, Bandar Serai. Setelah itu, Darwis pun menjadikan Bandar Bakau sebagai destinasi ekowisata bakau di tahun 2016.
Lokasi dan Operasional
Bandar Bakau Dumai buka mulai pukul 8.30 hingga 17.30, dengan tiket masuk sebesar Rp3.500,- untuk anak, Rp7.000,- untuk orang dewasa. Berlokasi di Jl. Nelayan Laut, Kecamatan Dumai Barat, tempat wisata ini hanya berjarak 6 km dari pusat kota Dumai.
Daya Tarik Wisata
Salah satu Keunikan kawasan wisata ini terdapat pada pohon bakau nyirih tertua dengan diameter 50 cm dengan ketinggian 15 meter berusia 50 tahun. Hanya saja, jenis tersebut jumlahnya sudah terbatas. Hanya tinggal ratusan batang saja di kawasan konservasi ini. Bakau nyirih biasa menjadi bahan pewarna kain, sedangkan kulitnya biasanya untuk tawas jaring dan bahan kosmetik.
Di sini juga pengelola menyiapkan bibit-bibit bakau yang siap untuk ditanam. Setiap pengunjung yang datang bisa menanam dan memberi nama pada papan dengan membayar Rp50.000,-. Ini adalah cara pengelola agar pengunjung tidak datang untuk satu kali saja.
Hal yang Perlu Diperhatikan Jika ke Sini
Tertarik berkunjung ke Bandar Bakau Dumai? Berikut beberapa hal yang perlu Kawan perhatikan!
- Gunakan obat nyamuk oles pada kulit untuk menghindari gigitan nyamuk atau serangga lainnya
- Pastikan daya handphone atau kameramu terisi penuh karena di sini banyak spot foto dan objek alam. Namun karena sebagian besar tempat ini adalah kawasan bakau, mungkin akan susah untuk menemukan spot pengisi daya
- Tetap waspada akan hewan liar seperti monyet dan ular bakau serta jaga kebersihan kawasan bakau demi keberlangsungn ekosistem flora dan fauna