Reliji  

Hanya di Masjid Ini, Shalat Menghadap Arah Mata Angin Yang Berbeda

Kiblat umat Islam mengarah ke Ka’bah yang berada di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Arah tersebut, jika dari Indonesia, condong ke barat laut atau sekitar 295,15 derajat.

Saat di Masjidil Haram, arah kiblat langsung tertuju ke Ka’bah. Posisi jemaah akan melingkari Ka’bah. Mereka yang berada di arah selatan Ka’bah akan menghadap utara dan sebaliknya, begitu juga jemaah yang berada di timur Ka’bah akan menghadap ke barat dan sebaliknya.

Sebuah potret udara yang dibagikan Saudi Press Agency, Jumat (21/3/2025), memperlihatkan jemaah di Masjidil Haram salat melingkari Ka’bah dengan shaf membesar ke belakang. Jemaah shaf depan diisi laki-laki yang mengenakan pakaian ihram.

Muslims pray on the month of Ramadan in the Grand Mosque in the holy city of Mecca, Saudi Arabia, March 20, 2025. Saudi Press Agency/Handout via REUTERS    THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. MANDATORY CREDITJemaah salat di Masjidil Haram pada malam 21 Ramadan 1446 H Foto: Saudi Press Agency/Handout via REUTERS

Kiblat Umat Islam sebelum Ka’bah

Ka’bah bukan kiblat pertama umat Islam. Awalnya, Rasulullah SAW salat menghadap Masjidil Aqsa (Baitul Maqdis), Palestina. Masjidil Aqsa sendiri dikenal sebagai tempat turunnya para nabi dan tempat ibadah umat nabi terdahulu.

Pemindahan arah kiblat diabadikan dalam surah Al-Baqarah ayat 144. Allah SWT berfirman,

قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ ١٤٤

Artinya: “Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidil Haram) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.”

Dijelaskan dalam Sirah Nabawiyah karya Ali Muhammad Ash-Shallabi yang diterjemahkan Faesal Saleh dkk, Rasulullah SAW ingin agar bisa menghadapkan salatnya ke Ka’bah yang merupakan kiblat Nabi Ibrahim AS. Arah kiblat ini juga merupakan buah dakwah Nabi Ibrahim AS.

Salat awalnya menghadap ke arah Ka’bah, kemudian dipindah ke arah Baitul Maqdis, lalu dipindah lagi ke arah Ka’bah.

“Rasulullah SAW menginginkan supaya beliau menjadi pembeda dari pemeluk agama terdahulu yang menyimpang dan menyeleweng seperti Yahudi dan Nasrani. Oleh karena itu, beliau melarang untuk mengikuti dan menyerupai mereka,” jelas Ali Muhammad Ash-Shallabi.