Media sosial dewasa ini nyatanya telah mengubah cara publik mengenal sebuah institusi partai politik. Jika dulu ideologi, warna seragam, dan logo menjadi pintu masuk seseorang mengenal partai, hari ini keterkenalan figur yang didasarkan pada popularitas persona justru lebih menonjol.
Inilah salah satu fenomena menarik yang disorot oleh Wicaksono, atau yang lebih dikenal dengan nama Ndoro Kakung, dalam Focus Group Discussion (FGD) Bidang Media dan Penggalangan Opini (MPO) DPP Partai Golkar bertema Penguatan Media Sosial untuk Memperkuat Mesin Partai di Dunia Digital, selasa (10/06/2025)
“Yang menarik bagi saya, anak saya kebetulan berusia 25 tahun, bahwa dia mengenal partai politik dari person (figur), bukan dari ideologi, seragam, atau logo. Kenapa person? Ya, dia anak yang terekspos media sosial,” ujar Ndoro Kakung saat memberikan materi dipandu Sekretaris Bidang MPO DPP Partai Golkar, Dara Adinda Kesuma Nasution.
Dalam paparannya, Ndoro Kakung juga mengangkat realitas baru tentang cara media dan publik mempersepsikan para tokoh politik di ruang digital. Ia menyebut fenomena ini sebagai reality bites atau kenyataan yang menggigit. Menurutnya, pejabat yang rajin bekerja justru lebih sering menjadi sasaran kritik, sindiran, bahkan serangan warganet maupun media.
“Tokoh pejabat yang paling banyak dinyinyiri, diserang, adalah tokoh yang paradoksnya adalah pejabat yang bekerja. Makin rajin, makin aktif tokoh, maka makin banyak dibicarakan,” ungkapnya.
“Lalu yang tidak bekerja bagaimana? Saya melihat paradoks media itu di sini. Dia berfungsi sebagai watchdog, tapi dia mengabaikan kekuasaan yang tidak hadir. Yang dilihat adalah tokoh yang giat bekerja. Jadi orang-orang yang tidak bekerja lolos dari pantauan media,” sambungnya lagi.
Ndoro Kakung pun memberi pesan penting kepada para kader Partai Golkar agar tidak gentar tampil di ruang publik, termasuk media sosial. Ia menekankan bahwa sorotan dan kritik seharusnya dipandang sebagai indikator bahwa seorang tokoh memang sedang menjalankan tugasnya dengan baik.
“Konteksnya untuk teman-teman di Partai Golkar, jangan sampai teman-teman makin takut untuk tampil karena takut diserang media atau netizen. Justru anda harus bangga, makin anda diserang, makin dibicarakan, berarti anda bekerja,” pungkasnya.
Pernyataan ini menjadi pengingat bahwa di era digital, kehadiran dan kerja nyata seorang tokoh politik bukan hanya penting untuk publik, tapi juga menjadi modal utama membangun kepercayaan dan relevansi partai di mata generasi muda.
Turut hadir dalam kegiatan diskusi ini antara lain Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Golkar, M. Sarmuji; Wakil Ketua Umum Bidang Elektoral II, Meutya Hafid; Wasekjen Bidang Elektoral II, Daniel Mutaqien Syafiudin; Ketua Bidang MPO, Nurul Arifin; Ketua Departemen MPO, Achmad Annama dan yang mewakili bidang MPO seluruh sayap dan ormas hasta karya. {golkarpedia}