Dalam kehidupan modern saat ini, perut buncit kerap dianggap biasa—bahkan oleh sebagian orang menjadi simbol “kemakmuran”.
Namun, dalam kacamata Islam, perut buncit akibat berlebihan dalam makan dan lalai dari ibadah bisa menjadi peringatan keras. Bahkan ada ungkapan dari sebagian salaf dan hadits Nabi ﷺ yang menunjukkan bahwa perut buncit bisa menjadi bentuk adzab. Lalu, benarkah perut buncit adalah adzab? Mari kita renungkan bersama.
Hadits tentang Celaan Perut Buncit
Diriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ melihat seorang laki-laki dengan perut yang besar, lalu beliau bersabda:
يَأْكُلُ مُسْتَقْرِئًا، كَأَنَّهُ بَطَنُ أُمِّهِ
“Dia makan terus menerus, seakan-akan dia tidak pernah kenyang seperti bayi dalam rahim ibunya.” (1)
Dalam riwayat lain, ada kisah ketika Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu melihat seseorang yang perutnya besar, lalu ia berkata:
مَا هٰذَا؟
“Apa ini?”
Orang itu menjawab, “Ini adalah karunia dari Allah.” Maka Umar membantah dengan tegas:
بَلْ هٰذَا عَذَابٌ مِنَ اللَّهِ
“Bukan, ini adalah adzab dari Allah!” (2)
Sobat Cahaya Islam, perkataan Umar bukanlah penghinaan, melainkan peringatan. Ketika seseorang memiliki perut besar karena berlebihan dalam makan, malas beraktivitas, dan menjadikan kenikmatan dunia sebagai tujuan utama, maka itulah yang disebut sebagai adzab dalam bentuk kenikmatan.
Benarkah Perut Buncit Adalah Adzab?

Allah ﷻ berfirman:
فَذَرْنِي وَمَن يُكَذِّبُ بِهَٰذَا ٱلْحَدِيثِ ۖ سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٤٤﴾ وَأُمْلِي لَهُمْ ۚ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ
“Maka biarkan Aku (yang mengurus) orang-orang yang mendustakan (Al-Qur’an) ini. Kami akan menarik mereka secara bertahap (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi mereka tangguh. Sungguh, rencana-Ku sangat kuat.” (3)
Ayat ini menunjukkan bahwa kenikmatan yang terus mengalir, tanpa keberkahan, bisa jadi bentuk istidraj – adzab yang diturunkan secara perlahan. Maka, perut buncit yang muncul karena gaya hidup mewah, makan berlebihan, dan lalai dari ibadah, bisa menjadi salah satu contoh istidraj tersebut.
Islam Menjaga Keseimbangan
Sobat Cahaya Islam, Islam adalah agama yang mengajarkan keseimbangan dalam makan, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ…
“Tidak ada wadah yang lebih buruk diisi oleh manusia selain perutnya…” (4)
Salah satu hikmah menjaga perut agar tidak membuncit adalah untuk memelihara ibadah dan kekuatan fisik dalam berjuang di jalan Allah. Maka dari itu, Islam sangat mencela berlebihan dalam makan, karena menyebabkan kemalasan, kantuk, dan jauh dari semangat ibadah.
Adzab Dunia Sebelum Adzab Akhirat
Sobat Cahaya Islam, ketika tubuh terasa berat, malas beribadah, mudah tersinggung, dan sulit bangun malam karena terlalu banyak makan, bukankah ini bentuk adzab yang nyata?
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
فإنَّ الشِّبَعَ يُميتُ القَلبَ، ويُبطِئُ عنِ الفِطْنَةِ، ويُثَقِّلُ الأعضاءَ عنِ الطّاعاتِ، ويُحدِثُ أنواعًا من الأسقامِ
“Sesungguhnya perut yang kenyang berlebihan itu mematikan hati, melemahkan kecerdasan, menimbulkan kantuk, dan menghalangi dari ibadah.” (5)
Jika hati mati dan ibadah lemah, maka sebelum adzab akhirat datang, manusia sudah merasakan penderitaan spiritual di dunia. Inilah yang perlu direnungkan dari perut buncit sebagai adzab.
Jangan Bangga dengan Perut Buncit
Sobat Cahaya Islam, perut buncit bukan sekadar masalah penampilan. Ia adalah simbol peringatan. Jika ia muncul karena faktor usia atau medis, maka tidak mengapa. Namun bila itu akibat gaya hidup yang jauh dari tuntunan Islam, maka wajib bagi kita untuk bermuhasabah.
Jangan sampai Allah berikan nikmat dunia berupa makanan yang lezat dan hidup nyaman, tapi justru menjauhkan kita dari akhirat. Maka, perut buncit akibat nafsu yang tak terkendali bisa jadi adzab yang tersembunyi.
Semoga kita termasuk hamba yang mampu menjaga tubuh, nafsu, dan ibadah. Karena tubuh yang sehat dan ringan akan lebih mudah digunakan untuk beribadah dengan ikhlas dan istiqamah.