Cerita viral tentang terdengarnya suara adzan di luar angkasa kembali ramai di tengah masyarakat. Sebagian orang menganggapnya sebagai mukjizat dan bukti keagungan Islam, sementara lainnya mempertanyakannya dari sisi logika dan ilmu pengetahuan.
Fenomena ini menimbulkan berbagai reaksi, termasuk dari kalangan dai dan ulama. Banyak masyarakat, terutama pengguna media sosial, yang langsung membagikan ulang konten sejenis tanpa melakukan verifikasi kebenarannya.
Pendakwah kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif atau yang akrab disapa Buya Yahya memberikan pandangannya terkait isu ini. Dalam salah satu kajiannya, ia menekankan pentingnya bersikap bijak dan tidak mudah latah dalam menyikapi berita-berita aneh yang beredar.
Buya Yahya mengingatkan bahwa keimanan bukan berarti mempercayai hal-hal yang tidak jelas sumber dan kebenarannya. Ia mengajak umat Islam untuk menggunakan akal sehat dalam menerima informasi, terutama yang berkaitan dengan agama.
“Pernah wah dengar suara adzan di bulan ya? Ini bagaimana suara adzan di bulan? Pernah dengar ya? Nah, ada lagunya lagi. Suara adzan di bulan katanya,” ucap Buya Yahya dalam ceramahnya.
Dikutip Kamis (03/07/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @albahjah-tv, Buya Yahya menyoroti bagaimana isu ini bisa saja dibuat oleh pihak luar hanya untuk mengolok-olok umat Islam yang mudah percaya begitu saja.
Ia menyatakan bahwa fenomena suara adzan di bulan tidak masuk akal jika ditinjau dari sisi ilmu fisika. Suara memiliki batas kecepatan dan memerlukan media untuk merambat, berbeda dengan cahaya.
“Kadang-kadang dimasukkan teori. Sebab yang namanya suara itu kan perlu waktu, tidak seperti cahaya. Cahaya lebih cepat. Kalau suara itu berjalan lambat,” jelasnya.
Buya Yahya mencontohkan bagaimana suara butuh waktu untuk sampai, berbeda dengan cahaya yang instan terlihat meski dari jarak jauh.
Ia menyindir bahwa jika suara adzan terdengar oleh astronot di bulan, bisa saja itu hanya cerita fiksi yang dibuat-buat oleh orang luar Islam, lalu dipercaya mentah-mentah oleh sebagian umat.
“Bisa saja orang di luar Islam membuat guyonan, eh orang Islam percaya, ketawa dia. Oh ini imannya orang Islam kok latah banget, dia percaya begitu,” tambahnya.
Menurutnya, umat Islam seharusnya bersikap kritis dan tidak mudah terbawa oleh informasi yang belum tentu benar. Termasuk dalam hal-hal yang berkaitan dengan keajaiban atau kejadian luar biasa.
Buya Yahya menekankan bahwa segala sesuatu harus direnungkan dan dipikirkan secara mendalam, bukan hanya diterima secara emosional atau euforia sesaat.
“Kita perlu yang realistis, yang sesuatu itu harus kita renungi, kita pikirkan. Jangan sampai kita ke bawah-bawah, latah-kelatah teknologi,” tegasnya.
Ia tidak menolak kehebatan teknologi, bahkan mengakui bahwa manusia memang bisa mencapai bulan atau membuat pesawat besar yang bisa terbang tinggi.
Namun, ketika sudah berhubungan dengan masalah keimanan, ia menyarankan agar umat lebih berhati-hati dan tidak gegabah dalam menyimpulkan suatu fenomena.
“Teknologi harus dahsyat. Subhanallah. Gimana orang bisa ruang angkasa kemudian bisa mendarat di bulan, adalah makhluk Allah. Bisa saja, mungkin saja secara akal,” katanya.
Meski begitu, ia tetap mengajak agar setiap orang bertanya kepada ahlinya jika menemui hal yang tidak dimengerti. Menurutnya, itu adalah langkah yang tepat agar tidak terjebak dalam keyakinan yang salah.
Ia menyentil para dai atau tokoh agama agar tidak sembarang membenarkan informasi yang belum terbukti kebenarannya hanya karena terdengar “islami” atau sensasional.
“Jangan gampang latah wahai para asatid ya. Apalagi mungkin ya mohon maaf, kalau kita tidak mengerti ya kita tanya kepada ahlinya,” pesan Buya Yahya.
Dengan demikian, ia berharap umat Islam bisa menjadi pribadi yang cerdas dalam beriman, tidak mudah terjebak dalam narasi-narasi palsu yang justru bisa memperlemah nilai agama.
Narasi adzan di bulan yang ramai dibicarakan ini seharusnya menjadi refleksi agar umat tidak hanya beragama secara emosional, tetapi juga dengan akal sehat dan ilmu.