News  

Duh! Kelelawar di Indonesia Juga Mengandung Virus Corona

Kelelawar Indonesia Juga Terindikasi Memiliki Corona Virus

Wabah virus corona (2019-nCoV) yang berasal dari Wuhan, China hingga kini masih menjadi perhatian dunia. Pasalnya, sudah ada ratusan orang meninggal dunia akibat virus yang belum ada obatnya itu.

Diduga, penyebab virus corona di Wuhan yaitu dari kelelawar. Ahli Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB University, Prof Agus Setiyono mengatakan, kelelawar yang ada di Indonesia juga mengandung virus corona.

“Kelelawar yang kami dapatkan ada (virus corona), kita kan dari wilayah barat sampai Indonesia timur meski tidak setiap kota, kita pilih Bukittinggi, di Bogor Panjalu, Ciamis sampai Manado,” ujar Agus saat berbincang dengan Dream, Senin, 3 Januari 2020.

Meski demikian, Agus belum dapat memastikan virus corona yang ada di kelelawar di Indonesia sama atau tidak dengan yang di Wuhan. Hal itu, kata dia, perlu ada penelitian lebih lanjut.

“Sekarang yang dikhawatirkan dengan kelelawar itu karena memang kita dapatkan virus corona itu ada di kelelawar. Kita nggak tahu apakah corona yang ditemukan sama dengan yang di Wuhan mungkin beda, serinya lain,” ucap ahli yang juga Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan IPB ini.

Cara Menghindarinya: Jangan Memakan Buah

Lebih lanjut, kata dia, virus corona yang ditemukan di kelelawar wilayah Indonesia itu berjenis pemakan buah.

Maka dari itu, dia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memakan buah bekas yang dimakan kelelawar.

“Ada lebih dari 50 jenis kelelawar. Banyak jadi ada kelelawar pemakan serangga ada, seperti vampir juga ada. (Indonesia) itu ada beberapa kelelawar, prinsipnya itu kelelawar buah. Ada di jurnal yang kita publish,” kata dia.

Tangani Virus Corona Wuhan, Tubuh Perawat Penuh Bercak Merah
Kasus virus Corona Wuhan (2019-nCoV) di kota Wuhan, Provinsi Hubei, mencapai 11.000 orang. Para staf kesehatan berusaha keras menangani menyebarnya virus ini.

Seorang perawat di Departemen Penyakit Terinfeksi di Rumah Sakit Anak Provinsi China, Hu Pei, 22 tahun, bekerja keras hingga wajah dan tangannya penuh tanda merah. Bahkan, tangannya tampak keriput dan pecah-pecah karena terpapar alkohol selama seharian.

Kondisi ini membuat punggung tangannya seperti kulit orang tua.

Dilaporkan China Press, Hu Pei lahir di 1998. Selama bertugas menjalani kegiatan, dia menggunakan pakaian dan sarung tangan selama sehari, dengan bedak talcum di dalam sarung tangannya. “Aku bersiap untuk menjalani karantina setiap waktu,” kata dia.

Dia mengatakan, ikut serta dalam misi itu sebagai bagian tanggung jawab generasi setelah 90-an.

“Faktanya, kami tidak takut, namun kami punya misi dan kami harus melakukan sesuatu. Kami muda dan takut tidak berpengalaman,” ujar dia.

“Kadang ada rasa takut dan khawatir dalam hati dan keluargaku, tapi menggunakan masker, dan penutup wajah, baju pengaman tidak akan membuatku khawatir,” ucap dia.

Kolega Hu Pei, Ning Bin berharap Hu Pei tidak lupa menggunakan krim dan sarung tangan.

Pasien Corona di Filipina Meninggal, Kasus Kematian Pertama di Luar China

Virus corona 2019Ncov kembali memakan korban jiwa, kali ini terjadi di Filipina. Pada Minggu 2 Februari 2020 hari ini, pihak pemerintah Filipina mengumumkan kalau ada warga China di Filipina yang meninggal dunia virus corona.

Kasus kematian pasien corona di Filipina, merupakan yang pertama terjadi di luar China. Departemen Kesehatan Filipina mengatakan laki-laki 44 tahun asal China yang berasal dari Wuhan itu dirawat pada 25 Januari lalu setelah mengalami batuk-batuk, demam, dan sakit tenggorokan.

Dia menderita pneumonia akut dan dalam beberapa hari terakhir pasien menunjukkan kondisi stabil dan ada kemajuan. Ternyata dalam 24 jam terakhir kondisi pasien terus memburuk hingga meninggal dunia.

“Ini yang pertama kali kematian terjadi di luar China,” kata Rabrindra Abeyasinghe, perwakilan WHO untuk Filipina kepada wartawan.

Korban adalah kasus kedua yang tercatat di Filipina. Pejabat kesehatan Filipina membenarkan kematian pasien itu dalam jumpa pers hari ini. Filipina melaporkan kasus pertama virus corona pada Kamis pekan lalu.

Darurat Kesehatan Global

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) secara resmi menyatakan virus corona merupakan darurat kesehatan global.

Hal ini dinyatakan dalam pertemuan kedua Emergency Committee bersama dengan Direktur Jenderal WHO pada hari Kamis, 30 Januari 2020 kemarin waktu Jenewa.

Mengutip laman resminya, Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus mendeklarasikan, wabah virus corona 2019-nCoV merupakan Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

Dalam pertemuan pertamanya, WHO belum menyatakan status darurat kesehatan global. Namun, mengingat adanya peningkatan yang signifikan jumlah kasus dan negara yang melaporkan semakin bertambah, pertemuan kedua pun dilakukan.

Dalam konferensi persnya, Tedros mencatat bahwa terjadi penyebaran virus yang mengkhawatirkan di luar China.

“Alasan utama deklarasi ini bukan karena apa yang terjadi di China tetapi karena apa yang terjadi di negara lain. Kekhawatiran terbesar kami adalah potensi virus ini menyebar ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah serta tidak siap untuk menghadapinya” ujar Ghebreyesus. {dream}