Menyilau Praktek Dokter Gigi di Sumatera Barat: Antara Takut, Kasihan dan Kebutuhan

“Mohon maaf, Saya tak bisa lama–lama, waktu saya sangat terbatas. Jika ingin berobat paling telat jam 17.00 WIB, bapak sudah harus berada di tempat Praktek saya. Sebab, paling lambat sebelum sholat Magrib, praktek saya sudah harus tutup”, pernyataan tegas itu sekelumit terdengar keluar dari bibir DR. Drg. Widyawati, Sp.Kg.,Mkes, menjawab telepon dari ruang kerjanya sebagai Direktur di Rumah sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) Universitas Baiturrahmah.

DR. Drg. Widyawati Sp.Kg adalah salah satu bagian kecil dari hitungan jari jumlah dokter gigi spesialis konservasi yang ada di Padang. Spesialis konservasi ini, adalah dokter gigi yang khusus menangani penyakit syaraf gigi.

Penyakit syaraf gigi itu adalah sakit yang terasa luar biasa, nyeri di dalam atau sekitar gigi dan rahang. Jika seseorang menderita sakit gigi, sakitnya kadang sampai ke kepala. Sebegitu parahnya, pasien sampai merasa mau copot saja rahangnya dan kadang mengalami pembengkakan. Sakitnya bisa terasa secara terus menerus, bisa juga hilang timbul.

Yang dilakukan oleh seorang dokter gigi spesialis konservasi, biasanya adalah perawatan saluran akar gigi yang bertujuan untuk mengatasi kerusakan pada rongga gigi serta mengobati infeksi dan pembusukan pada daerah tersebut.

Saluran akar gigi merupakan rongga yang terdapat pada bagian tengah gigi yang berisi pembuluh darah dan saraf. Pekerjaan yang dilakukan spesialis konservasi ini tidak banyak yang bisa melakukannya. Kalaupun ada dokter gigi umum, itu adalah dokter gigi senior yang jam terbangnya sudah tinggi.

Akibatnya, spesialis konservasi ini, menjadi kebutuhan bagi pasien yang sedang dirawat saluran akar giginya. Untuk perawatan saluran akar gigi ini, pasien harus bolak balik minimal 3 kali bahkan ada yang sampai 7-8 kali ke dokter gigi dalam satu bulan.

“Saya harus membatasi jumlah pasien, dalam masa wabah ini kontak dengan orang lain mesti dikurangi. Jadi yang saya kerjakan sekarang itu yang betul betul membutuhkan pertolongan”, tegas Bendahara Pengwil PDGI Sumbar ini.

Dalam era wabah pandemi COVID-19 ini, dokter gigi yang berpraktek memang sangat selektif menangani pasiennya. “Tidak seluruh pasien yang diarahkan ke tempat praktek. Seandainya ada pasien yang telpon dulu sebelum datang, jika tidak parah dan lagi tidak sedang sakit, di WA kan saja resep obatnya. Mereka tidak perlu datang, cukup konsultasi byphone, tetapi jika sedang sakit dan tidak bisa tunda, tentu harus ditangani segera. Kasian”, Ungkap drg. Cici yang lengkapnya bernama Drg. Sylfianti Syaharman MMKes.

DRg. Cici Syaharman, pimpinan sekaligus owner Klinik Gigi Lolong itu menyebutkan bahwa, dalam masa pandemi Covid 19, adalah masa yang paling sulit bagi dokter gigi dalam melayani pasiennya.

Dokter gigi adalah tenaga kesehatan yang paling rentan, gampang tertular. Karena dokter gigi berhadapan lansung dengan mulut pasien. Sementara sumber penularan virus covid itu adalah air liur yang setiap saat bisa memercik kesegala arah dan biasanya percikan air liur yang biasa disebut droplet itu singgah di bagian anggota tubuh dokter gigi dan asistennya.

Mengatasi hal itu, dokter gigi yang berpraktek wajib mengikuti protoler kesehatan dan SOP pelayanan pasien sesuai aturan untuk tenaga kesehatan, yaitu dengan memakai APD (Alat Pelindung Diri) Level III, yang dikhususkan untuk dokter.

Diakui memakai APD itu tidak nyaman, sedingin apapun setelah pendingin ruangan tetap tidak nyaman. Lebih dari itu bukan soal APD, bagi dokter gigi, kekuatiran dan ketakutan yang luar biasa. Setiap pasien yang masuk harus dicurigai pembawa virus.

Maka ditempat praktek dokter gigi diterapkan Standar Operasional Prosedure pelayanan. Pasien yang boleh masuk ruangan dokter paling tinggi suhu badannya 370 C, diukur lebih dulu dengan termogun. Sebelumnya wajib cuci tangan dan memakai hand sanitizer serta harus memakai masker. Selama antrian harus atur jarak.

“Biasanya dimasa normal saya melayani pasien itu tidak terbatas waktunya. Karena klinik Gigi Lolong ini, sudah buka jam 08.00 Wib, tutupnya bisa sampai jam 22.00 Wib. Sekarang saya harus membatasi. Pasien antri itu paling banyak, boleh hanya 2-3 orang. Selebihnya buat janji byphone. Pelayanan bisa pagi, siang atau sore. Untuk malam memang dibatasi. Kecuali ada pasien tertentu yang janjian lebih awal”, ujar Mantan Ketua Pengwil PDGI Sumbar ini.

“saya sering merasa kasian kepada pasien, saya tidak tega menolaknya. Ini adalah bagian dari Janji dan sumpah dokter. Sekarang untuk memudahkan kerja saya, tidak semua pasien dikerjakan. Dan inipun untuk membantu pasien. Jika kasusnya agak berat ya dirujuk aja. Saya buatkan janji dengan dokter spesialisnya. Pasien tinggal datang sesuai jadwal yang dibuatkan. Misalnya perawatan saraf gigi yang membutuhkan waktu lama perawatannya, ya dirujuk saja. Begitu juga dengan kasus bedah, ya dirujuk ke spesialis bedah mulut, pokoknya pasien tidak diabaikan dalam masa pandemi.” Ungkap wanita yang sekarang menjadi Pengurus PB PDGI ini

Jika difikir, tidak sanggup melayani pasien dalam masa pandemi covid ini. Ratusan dokter telah berpulang, belasan diantaranya dokter gigi. Ngeri iya, takut iya, kuatir iya dan bagi saya, saat ini hanya berserah diri kepada yang Kuasa Allah SWT. Saya berkewajiban menolong orang yang sedang sakit, itu saja niatnya. Ucap drg Cici dengan wajah sedih.

Lain lagi yang diungkapkan drg. Azmir Kasim MMKes, pimpinan klinik Gigi Sehat yang juga pengurus Pengwil PDGI Sumbar ini. Ia menyatakan, bahwa praktek itu adalah bagian dari kebutuhan.

“Kita ini sekarang berada ditengah badai yang sangat hebat, petir dan hujan yang sangat deras. Katanya beribarat. Sementara kita harus menyelamatkan diri, keluarga dan saudara. Kita harus juga berjuang mencari hidup. Kebutuhan itu tinggi, dan tidak mungkin kita tidak buka praktek”, kata Azmir Kasim yang juga pengusaha ini.

Yang bisa kita lakukan sekarang, sebagai dokter adalah meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan dan menjaga imunitas tubuh, mengikuti protokoler kesehatan, memakai APD sewaktu melayani pasien dan berdoa kepada Allah SWT agar kita dan keluarga jauh dari wabah covid 19 ini, yang paling penting jangan takabur, nasehat Drg. H.Busril, Mkes, Sekretaris Pengwil PDGI Sumbar yang juga Kabid Pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.

Syaharman Zanhar, Pengurus YLKI Sumatera Barat