News  

Di Ambang Kebangkrutan, Serikat Karyawan Minta Erick Thohir Selamatkan Garuda Indonesia

Kondisi pandemi Covid-19 berdampak pada semua lini kehidupan, mulai dari mengancam kesehatan sampai sektor ekonomi yang semakin merosot.

Hal ini juga yang tengah dirasakan maskapai penerbangan Garuda Indonesia, untuk itu Serikat karyawan Garuda menyampaikan permohonan kepada Menteri BUMN Erick Thohir agar menyelamatkan Garuda Indonesia dari kesulitan keuangan.

Bahkan sebelumnya, Serikat Bersama (Sekber) PT Garuda Indonesia mengirimkan surat berisi permohonan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menyelamatkan maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia dari ambang kebangkrutan.

“Dapat kami sampaikan bahwa kondisi flag carrier Garuda Indonesia saat ini berada di ambang kebangkrutan akibat dampak pandemi Covid-19, dimana kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kegiatan operasional,” kata pihak Sekber PT Garuda Indonesia dalam suratnya.

Sekber PT Garuda Indonesia menilai, selain dampak dari pandemi Covid-19, adanya beban masa lalu terkait pengadaan pesawat dan mesin yang dilakukan oleh direksi di masa lalu.

Kemudian, adanya dampak dari tidak terkelola maksimal beberapa potensi lini bisnis di antaranya, captive market corporate account atau semua perjalanan dinas instansi pengguna APBN dan Non APBN, lini bisnis kargo, dan lini bisnis charter.

Sementara itu, dalam permohonannya kepada Menteri BUMN Erick Tohir, Koordinator Sekretariat Bersama (Sekber) Garuda Indonesia Bersatu Tomy Tampatty mengatakan, saat ini ada dua permasalahan utama Garuda Indonesia yang harus menjadi perhatian pengambil keputusan.

“Yang pertama permasalahan keuangan terutama utang yang cukup besar, ditambah lagi dengan menurunnya kinerja operasional akibat dari dampak Covid-19,” kata Tomy dalam keterangan tertulis, Selasa, 10 Agustus 2021.

Kedua, Tomy juga mengatakan, permasalahan fundamental bisnis yang perlu ditata kembali dan dikelola secara optimal agar mengoptimalkan pendapatan.

Menurut Tomy, untuk menghadapi kondisi ini, sangat dibutuhkan setidaknya orang yang sangat mengerti di bidang bisnis maskapai.

Sebab dia menilai manajemen tidak fokus pada masalah fundamental bisnis untuk menciptakan untung.

Padahal menurut Tomy, masalah fundamental bisnis untuk penciptaan laba jauh lebih penting, sebagaimana dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman Anadolu Agency.

Disisi lain, dia pun mencontohkan seperti dalam hal ketepatan memilih alat produksi, ketepatan memilih rute yang diterbangi, dan ketepatan people process technology yang dijalankan sehingga bisnisnya menjadi untung.

Dalam hal ini, Tomy juga menegaskan bahwa karyawan Garuda Indonesia mengharapkan restrukturisasi utang Garuda dilakukan dengan opsi satu, yakni pemberian pinjaman atau suntikan ekuitas alias modal.

Demikian, dia pun berharap agar dalam RUPS Garuda Indonesia pada 13 Agustus mendatang, Menteri BUMN Erick Thohir dapat mengambil keputusan yang terbaik demi keberlangsungan bisnis maskapai milik negara tersebut.

“Kiranya Pak Menteri mendukung penyelesaian restrukturisasi utang Garuda melalui opsi satu, tanpa PKPU,” kata Tomy.

Sebelumnya, pemerintah memiliki empat opsi penyelamatan Garuda Indonesia yang dibahas Kementerian BUMN, yakni opsi pertama berupa pemerintah terus mendukung Garuda dengan menyuntikkan modal dan pinjaman.

Opsi kedua adalah menggunakan hukum perlindungan kebangkrutan untuk merestrukturisasi Garuda atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

Opsi ketiga merestrukturisasi Garuda sambil mendirikan perusahaan maskapai nasional baru. Opsi keempat ialah Garuda dilikuidasi lalu sektor swasta dibiarkan untuk mengisi kekosongan. {galamedia}