News  

Eks Istri Ahok Veronica Tan Tawarkan PCR Khusus Omicron, Hasilnya 12 Jam Harganya Rp.480 Ribu

Love Care Indonesia bekerja sama dengan Kalgen Innolab menyediakan jasa khusus PCR yang diklaim bisa deteksi varian Omicron. Namanya PCR O+.

Love Care merupakan perusahaan rintisan yang fokus pada homecare. Sedangkan KALGen Innolab adalah laboratorium klinik patungan Indonesia-Jepang.

Presiden Komisaris dari LoveCare adalah Veronica Tan, mantan istri Basuki Tjahaja Purnama. Dalam akun IG pribadinya, Vero menyampaikan poster PCR O+ di kantor LoveCare di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Disebutkan di poster tersebut, tes PCR O+ bisa mendeteksi varian Omicron secara spesifik. Harga tesnya pun lebih mahal dari standar Kemenkes (Jawa Bali Rp 275 ribu) yakni Rp 450 ribu.

“Menggunakan kit IVD yang sudah teregistrasi di Kemenkes,” tulis poster tersebut.

Lantas, bagaimana tanggapan Kemenkes terkait hal ini?

“Ini reagen yang bisa menggunakan deteksi SGTF,” kata jubir Kemenkes Siti Nadia Tarmizi kepada kumparan.

Untuk diketahui, varian Omicron dapat menyebabkan fenomena S gene target failure (SGTF), yakni ketika gen S tidak dapat terdeteksi dengan PCR padahal secara simultan PCR dapat mendeteksi setidaknya 2 target gen lainnya. Indikasi awal ini diteruskan dengan pemeriksaan WGS (whole genome sequencing) untuk memastikan jenis variannya.

Nah, SGTF inilah yang kemudian banyak dilakukan ke pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Mereka dites untuk dicek apakah ada varian Omicron atau tidak.

Namun, reagen untuk SGTF ini masih impor. Menkes Budi Gunadi Sadikin mengungkap ke depannya pemerintah akan memproduksi reagen dan alat sendiri.

Hasil 12 Jam

kumparan menghubungi layanan call center yang tertera pada poster yang diunggah Veronica Tan tersebut. Saat dihubungi, benar bahwa KALGen Innolab menyediakan tes PCR untuk dapat mendeteksi varian Omicron.

Seorang petugas call center menjelaskan bahwa laboratorium yang dimilikinya dapat mendeteksi varian Omicron dengan tes PCR O+ tersebut.
Ia menjelaskan, nantinya masyarakat dapat melakukan tes mandiri jika ingin mengetahui dirinya terpapar varian Omicron atau tidak.

Untuk jangka waktu tesnya, jika tes PCR O+ dilakukan sebelum pukul 12 siang, maka hasil tes akan keluar di hari yang sama. Namun, jika tes dilakukan di atas pukul 12 siang, maka hasilnya akan keluar pada hari berikutnya di pagi hari.

Pengecekan tes PCR untuk mendeteksi varian Omicron tersebut dilakukan di laboratorium milik KALGen InnoLab. “Hasilnya nanti positif Omicron atau non-Omicron, seperti itu,” ucap petugas call center.

Layanan drive thru tes PCR O+ tersebut dapat dilakukan setiap harinya, mulai dari hari Senin hingga Minggu, kecuali drive thru di KALGen InnoLab wilayah Pulomas tidak dapat melayani drive thru pada hari Minggu.

Tes PCR O+ untuk mendeteksi varian Omicron dibanderol dengan harga Rp 480.000. Harga tersebut lebih mahal dari standar harga tes PCR yang ditentukan oleh Kemenkes di wilayah Jawa-Bali, yakni Rp 275 ribu.

“Lebih mahal karena baru, nanti bisa menyesuaikan,” ujar petugas itu.
Layanan tes PCR O+ tersedia di semua gerai drive thru milik KALGen InnoLab, mulai dari di kawasan Menteng, Puri Indah hingga Pantai Indah Kapuk.

Beda dengan PCR

Ahli patologi klinis dr. Tonang Dwi Ardyanto, mengatakan bahwa penapisan awal varian Omicron ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan tes PCR yang menargetkan pada gen S, yang menjadi salah satu protein pada virus corona.

Nah, varian virus corona disebut dapat menyebabkan fenomena S gene target failure (SGTF) yakni ketika gen S tidak dapat terdeteksi dengan PCR padahal secara simultan PCR dapat mendeteksi setidaknya 2 target gen lainnya. Indikasi awal ini diteruskan dengan pemeriksaan WGS untuk memastikan jenis variannya.

“Kita gunakan SGTF untuk skrining, tapi bukan memastikan jenis variannya,” kata Tonang yang juga Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS UNS Solo kepada kumparan, Kamis (16/12).

Hasil konfirmasi WGS bisa saja berbagai varian. Hanya mutasi di gen S yang paling dominan sejauh ini pada varian Omicron. Maka ditemukannya SGTF mengindikasikan probable Omicron.

Apabila saat tes PCR terjadi SGTF, maka hal ini perlu dikonfirmasi melalui WGS. Tes PCR dapat keluar kurang dari 24 jam, tapi WGS memakan waktu yang relatif lama. Tentu ini akan sangat membantu mempercepat proses skrining.

“Karena WGS itu perlu waktu bisa 5-7 hari. Maka kalau semua di-WGS memakan waktu lama, kita coba screening dulu,” jelasnya.

Akan tetapi, reagen tes PCR yang menargetkan gen S ini cukup jarang digunakan sebab mayoritas reagen menargetkan pada gen-gen lain yang jauh lebih stabil dari terjadinya mutasi. Jadi, tak semua lab memiliki reagen tersebut.

Walau begitu, bagi daerah yang tak punya lab dengan reagen tersebut, Tonang menyebut ada skrining lain yang bisa dilakukan untuk menentukan apakah sampel tersebut patut untuk dilakukan WGS.

“Untuk menemukan ini kasus COVID [Omicron] tidak harus SGTF bila memang tidak tersedia reagennya. Kalau pun kita curiga karena indikasi awal seperti perjalan luar negeri, itu sudah indikasi awal. Kalau itu positif, segera sekuensing kalau tidak punya reagen untuk SGTF,” ucap Tonang. {kumparan}