News  

Berdiri Menghadap Utara di Balai Kota, Anies Bernyanyi: Majulah! Majulah Menang!

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan pidato perpisahan di Balai Kota DKI Jakarta. Anies sempat menyinggung bahwa dirinya berpidato menghadap utara.

Anies menyampaikan pidato itu Balai Kota DKI Jakarta di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Minggu (16/10/2022). Sebelumnya berbidato, Anies sempat menyanyikan 2 lagu nasional yang salah satunya berjudul ‘Maju Tak Gentar’.

“Kita dari tadi sudah dengerin sambutan, kita nyanyi dulu boleh nggak?” kata Anies dalam pidato perpisahannya.

Anies kemudian memimpin lagu pertama ‘Berkibarlah Benderaku’. Warga yang hadir di perpisahan Anies pun mengikuti Anies menyanyikan lagu.

Setelahnya, Anies menyanyikan lagu ‘Maju Tak Gentar’. Di lagu ini Anies mengulangi lirik ‘majulah majulah menang’. Anies menekankan lirik lagu itu dengan mengulanginya sebanyak tiga kali.

“Majulah majulah menang. Majulah majulah menang. Majulah majulah menang,” kata Anies.

Warga yang hadir pun merespons Anies. “Kode keras,” kata salah seorang dari kerumunan di acara Anies Baswedan.

Nyanyian Anies itu lantas disambut tepuk tangan massa pengunjung, Anies lalu mengangkat jempolnya. Anies lalu meminta izin kepada pengunjung yang ada di belakang.

“Ini kita menghadapnya ke utara, tapi banyak juga yang di belakang sana. Mohon izin kepada yang posisinya di teras Balai Kota saya bicara menghadap ke arah utara, tapi sesungguhnya ini bicara untuk semuanya,” kata Anies.

‘Majulah Menang’, Ini Pernyataan Lengkap Anies di Perpisahan Gubernur
Di saat itu, terdengar suara massa yang meneriakkan ‘majulah jadi presiden’.

Mengawali sambutannya, Anies mengenang saat dia terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta 5 tahun lalu. Anies Baswedan lalu mengungkap ia akan bekerja sungguh-sungguh.

“Lima tahun lalu 16 Oktober 2017, saya berdiri di tempat ini saya menyampaikan kepada saudara saudara semua bahwa saya telah menerima mandat dari warga Jakarta dan saya katakan bahwa saya akan bekerja keras, saya akan bekerja sungguh-sungguh,” katanya

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai pidato Anies itu setidaknya dapat dipersepsikan dua hal. Adi mengatakan pidato itu menjadi penegasan Anies siap berlaga di 2024.

“Persisnya hanya Anies dan Tuhan saja yang tahu makna pidatonya itu. Tapi yang jelas publik menangkapnya dua hal penting,” kata Adi saat dihubungi, Minggu (16/10).

“Pertama, ini sebagai penegasan Anies siap maju di Pilpres 2024 yang begitu dinamis,” imbuh dia.

Adi menyinggung lagu ‘Maju Tak Gentar’ yang dinyanyikan Anies di awal pidatonya. Adi menyoroti pengulangan lirik ‘majulah majulah menang’ oleh Anies yang dinilai hendak menyemangati pendukungnya untuk terus berkonsolidasi.

“Penggalan kalimat ‘majulah-majulah menang’ menyemangati pendukungnya untuk terus konsolidasi,” ujarnya.

Pidato Hadap Utara Dinilai Kode Keras Anies Mantap Tatap Istana
Selain itu, Adi menilai lagu itu dinyanyikan untuk menebalkan tekadnya. Sebab, kata dia, Anies kerang diserang dan di-bully.

“Kedua, kutipan kalimat ‘maju tak gentar’ juga menebalkan tekad Anies maju tanding pilpres meski Anies kerap diserang, di-bully, dikaitkan dengan kasus Formula E, dan terkesan dikucilkan karena sosoknya yang mewakili oposisi. Intinya, Anies ingin semangati diri dan pendukungnya maju pilpres,” kata Adi.

Selain itu, Adi juga menyoroti kalimat Anies yang memohon izin berpidato menghadap utara. Dalam konteks ini, Adi menyebut utara yang dimaksud Anies yakni menatap Istana.

“Utara itu simbol kemajuan dan kemakmuran biasanya. Tapi kalau baca konteks Anies ngajak hadap utara dalam perpisahan itu ngajak untuk menghadap Istana. Itu jelas kode keras Anies setelah gubernur ingin menapaki jalan menuju Istana,” katanya.

Adi menyebut kata-kata yang disampaikan Anies di hari perpisahan sebagai gubernur DKI Jakarta penuh makna politis. Pidato itu juga dianggap bernuansa pilpres.

“Jadi, setiap pernyataan Anies hari ini semuanya bernuansa pilpres dan menuju Istana,” ujar dia.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai pidato Anies itu setidaknya dapat dipersepsikan dua hal. Adi mengatakan pidato itu menjadi penegasan Anies siap berlaga di 2024.

“Persisnya hanya Anies dan Tuhan saja yang tahu makna pidatonya itu. Tapi yang jelas publik menangkapnya dua hal penting,” kata Adi saat dihubungi, Minggu (16/10).

 

“Pertama, ini sebagai penegasan Anies siap maju di Pilpres 2024 yang begitu dinamis,” imbuh dia.

Adi menyinggung lagu ‘Maju Tak Gentar’ yang dinyanyikan Anies di awal pidatonya. Adi menyoroti pengulangan lirik ‘majulah majulah menang’ oleh Anies yang dinilai hendak menyemangati pendukungnya untuk terus berkonsolidasi.

“Penggalan kalimat ‘majulah-majulah menang’ menyemangati pendukungnya untuk terus konsolidasi,” ujarnya.

Selain itu, Adi menilai lagu itu dinyanyikan untuk menebalkan tekadnya. Sebab, kata dia, Anies kerang diserang dan di-bully.

“Kedua, kutipan kalimat ‘maju tak gentar’ juga menebalkan tekad Anies maju tanding pilpres meski Anies kerap diserang, di-bully, dikaitkan dengan kasus Formula E, dan terkesan dikucilkan karena sosoknya yang mewakili oposisi. Intinya, Anies ingin semangati diri dan pendukungnya maju pilpres,” kata Adi.

Selain itu, Adi juga menyoroti kalimat Anies yang memohon izin berpidato menghadap utara. Dalam konteks ini, Adi menyebut utara yang dimaksud Anies yakni menatap Istana.

“Utara itu simbol kemajuan dan kemakmuran biasanya. Tapi kalau baca konteks Anies ngajak hadap utara dalam perpisahan itu ngajak untuk menghadap Istana. Itu jelas kode keras Anies setelah gubernur ingin menapaki jalan menuju Istana,” katanya.

Adi menyebut kata-kata yang disampaikan Anies di hari perpisahan sebagai gubernur DKI Jakarta penuh makna politis. Pidato itu juga dianggap bernuansa pilpres.

“Jadi, setiap pernyataan Anies hari ini semuanya bernuansa pilpres dan menuju Istana,” ujar dia.(Sumber)