Diabetes atau gula darah menjadi penyakit paling menakutkan tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Karena begitu menakutkannya penyakit ini, berdasar data dari WHO, diabetes menjadi penyakit mematikan nomor 3 di Indonesia. Angka kematiannya mencapai 40,78 per 100 ribu jiwa.
Menurut data International Diabetes Federation (IDF), Indonesia menduduki peringkat lima pada tahun 2021. Masih berdasar data IDF, ada 19,5 juta orang Indonesia berumur 20-79 tahun yang terkena diabetes di Indonesia. Sedangkan, China menduduki peringkat satu dari 215 negara dengan 140,9 juta kasus diabetes.
Direktur pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi, dalam temu media secara daring memperingati Hari Diabetes Sedunia, Selasa (19/11/2024) memproyeksikan angka penderita diabetes di Indonesia bakal melonjak tajam mencapai 28,6 juta pada 2045 mendatang.
“Indonesia saat ini berada di urutan kelima sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi yang diperkirakan mencapai 20 juta jiwa. Tapi itu belum terdiagnosis ataupun kalau sudah terdiagnosis tidak terkontrol dengan baik. Namun ternyata nanti itu akan diperkirakan akan ada 28,6 juta pada tahun 2045,” kata Nadia.
Nadia mewanti-wanti para pemangku kekuasaan terkait ancaman ini. Jika persoalan lonjakan penderita diabetes tak segera tertangani, menurut Nadia, harapan menyongsong generasi emas 2045 hanya pepesan kosong belaka.
“Kalau kita tidak segera tangani di tahun 2045 generasi SDM emas yang kita impikan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara maju itu tentunya akan sangat sulit tercapai. Jadi bonus demografi yang kita harapkan akan memberikan manfaat untuk seluruh masyarakat kita itu akan tentunya hanya menjadi impian saja,” katanya.
30 Persen Masyarakat Berisiko Terkena Diabetes
Sementara itu, penanganan dan pencegahan penyakit diabetes tak kunjung menunjukkan penurunan. Alih-alih lebih aware terhadap risiko diabetes, masyarakat justru makin menunjukkan ketidakpedulian akan penyakit ini.
Menurut Nadia, kini terdapat 30 persen dari jumlah total penduduk Indonesia yang berisiko terkena diabetes. Data tersebut diperoleh berdasarkan rata-rata konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) per orang per hari di Indonesia. Pola konsumsi ini dianggap menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap tingginya risiko diabetes.
“Jadi kalau kita hitung-hitung, kurang lebih 30 persen masyarakat kita atau sepertiga dari masyarakat kita itu sangat beresiko, karena dia melebihi batas konsumsi CGL yang dianjurkan per harinya,” kata Nadya dikutip redaksi.
Berdasarkan data yang diperoleh Nadya, konsumsi gula masyarakat indonesia mencapai 50 gram per hari atau sekitar empat sendok makan (5,5 persen). Sementara, konsumsi garam sekitar 2000 miligram per hari atau setara dengan satu sendok makan (53 persen). Di sisi lain, konsumsi lemak mencapai 67 gram per hari atau setara dengan lima sendok makan (24 persen).
Ditambahkan Nadya, persoalan salah kaprah konsumsi dan pola hidup membuat kita rentan terkena penyakit seperti diabetes. Lebih parahnya, dunia yang semakin praktis membuat kita jadi malas bergerak, sementara asupan zat GGL terus terjadi di dalam tubuh.
“Ini sebenarnya karena perilaku kita sendiri, seperti malas bergerak, konsumsi gula, garam, dan lemak yang berlebihan, serta kebiasaan lain seperti kurang mengonsumsi buah dan sayur. Bahkan ada anggapan bahwa kalau belum makan nasi, berarti belum makan,” ungkapnya.
Jadi bagaimana? Apakah kalian masih tidak peduli terhadap kengerian penyakit diabetes ini? Hal mudah yang bisa dilakukan untuk meminimalisir penyakit ini adalah dengan mengurangi asupan gula dan menjaga pola hidup sehat dengan berolahraga. Yuk, kita mulai peduli terhadap kesehatan diri kita sendiri. {redaksi}