Terungkap! Ini Penyebab Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie Kalah Telak di Pilgub Jawa Barat

Bakal kalahnya pasangan Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie di Pilgub Jawa Barat sebenarnya sudah pernah penulis wanti-wanti. Dalam berbagai tulisan, penulis sudah mengingatkan bakal keoknya pasangan Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie. Kedua tokoh ini sama-sama tidak populer. Dua-duanya juga kuat di perkotaan lemah di perdesaan. Ceruk suara relatif sama.

Tulisan penulis tersebut dianggap oleh orang-orang PKS dan pendukung Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie sebagai upaya mendowngrade popularitas Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie. Bagaimana bisa dikatakan mendowngrade popularitas Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie sementara kedua pasangan ini memang kurang populer.

Sejatinya warning seperti itu dianggap bentuk kritik agar kedua pasangan ini bisa menyusun strategi untuk meningkatkan popularitas dan mengimbangi elektabilitas Dedi Mulyadi. Bukan dianggap musuh yang harus dijauhi.

Wajar bila Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie kalah karena kawan kritis dan kawan kecewa dianggap lawan. Hanya saja yang mengejutkan kekalahan Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie diluar perkiraan. Kalah telak.

Pasangan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan terlalu perkasa bagi Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie. Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan memperoleh suara lebih dari 60 persen versi hitung cepat.

Ikhtiar pasangan Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie meminta dukungan Anies Baswedan dan Habib Rizieq Shihab tidak mampu mendongkrak elektabilitas Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie.

Langkah Ahmad Syaikhu memperbaiki hubungan dengan Anies Baswedan dan berharap dukungan Habib Rizieq Shihab baru sebatas seremonial politik belaka. Belum diikuti kerja-kerja elektoral kedua tokoh nasional tersebut untuk menaikkan elektabilitas Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie.

Selain itu, pencalonan Ahmad Syaikhu oleh PKS sangat terlambat. Bahkan di detik-detik akhir jelang masa pendaftaran nama Ahmad Syaikhu baru disebut-sebut sebagai bakal calon gubernur. Sebelumnya beredar nama Ketua DPW PKS Jawa Barat, Haru Suandharu yang telah terlebih dahulu bersoasialisasi sebagai bakal calon gubernur Jawa Barat dari PKS.

Bandingkan dengan Dedi Mulyadi yang telah bersosialisasi sejak 10 tahun silam. Sejak kalah di Pilgub Jawa Barat tahun 2018, Dedi Mulyadi lebih masif lagi bersosialisasi melalui media sosial.

Konten-konten Dedi Mulyadi melalui Kang Dedi Mulyadi channel dengan pengikut 5,4 juta lebih banyak digemari oleh orang-orang kampung dan orang-orang terdzalimi. Terakhir sebut saja Guru Supriyani yang divonis bebas pada Hari Guru.

Dedi Mulyadi pandai mengambil momen. Guru Supriyani mendapat hadiah uang tunai Rp 50juta dari Dedi Mulyadi. Aksi Dedi Mulyadi ini tentu saja menuai banyak pujian dan simpati pemilih meski Guru Supriyani bukan warga Jawa Barat.

Sebab lainnya, kurang maksimalnya Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie merangkul Anak Abah di Jawa Barat. Bahkan terkesan Anak Abah yang kritis atas keputusan PKS meninggalkan Anies Baswedan di Pilkada Jakarta bukannya dirangkul malah “dipukul” dengan narasi pemecah belah dan narasi Anies tidak tahu terima kasih karena didukung di Pilkada Jakarta 2017 dan Pilpres 2024.

Nasi sudah menjadi bubur. Takdir sudah ada. Ambil hikmahnya bila PKS ingin tetap didukung di Pemilu 2029. Jangan terlalu banyak menyalahkan orang lain. Introspeksi lebih utama. Rangkul orang-orang kecewa dengan PKS. Jangan dijudge seolah-olah surga hanya milik PKS.

Dan sebaik-baik ucapan sebagai orang beriman pasca Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie kalah adalah qadarullah wa maa sya’a fa’ala, Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki Dia Perbuat.

Bandung, 26 Jumadil Awwal 1446/28 November 2024
Tarmidzi Yusuf, Kolumnis