News  

Cucu Bung Karno, Didi Mahardika Tak Terima Nama Kakeknya ‘Dikotori’ Hasto Kristiyanto!

Pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang menyamakan dirinya seperti Presiden pertama RI Soekarno (Bung Karno) menuai kritikan dari berbagi pihak. Tak terkecuali Didi Mahardika Soekarno, cucu dari Sang Proklamator.

Putra dari Rachmawati Soekarnoputri ini geram bukan main, perjuangan mulia kakeknya terhadap bangsa ‘dipelintir’ oleh ‘anak emas’ Ketum Megawati Soekarnoputri demi jadi tameng pembelaan diri atas penetapan tersangka di kasus suap Harun Masiku.

Didi menjelaskan, Bung Karno mendekam di penjara lantaran sistem hukum kolonial yang digunakan penjajah untuk melanggengkan penindasan atas Indonesia. Bukan seperti Hasto yang sedang mengakali situasi agar terlepas dari jerat hukum.

“Sehingga sangat tidak relevan dan merupakan sesat logika jika perjuangan Bung Karno pada zamannya disamakan dengan manuver Saudara Hasto Kristiyanto untuk melepaskan diri dari tanggung jawab hukum. Ketua KPK dengan tegas menyatakan ada pelanggaran hukum di mana unsur-unsurnya telah terpenuhi,” ujar Didi Mahardhika dalam keterangannya, diterima di Jakarta, Jumat (27/12/2024).

Dia mengatakan, sebagai warga negara yang baik dan politisi kawakan, semestinya Hasto bersikap ‘gentleman’ untuk menghadapi proses hukum. Didi sekali lagi meminta agar nama baik kakeknya jangan dinodai. “Penyesatan logika yang seperti ini hendaknya harus segera dihentikan,” ucap dia tegas.

Sebelumnya, lewat keterangan video, Hasto memberikan pandangannya terkait status tersangka yang kini dia sandang. Dia tetap merasa dikriminalisasi dan dipolitisasi, seraya menyerukan kader banteng untuk melanjutkan perlawanan.

Mulanya–seperti narasi-narasi sebelumnya–Hasto kembali menyinggung soal dalang di balik penetapan tersangkanya. Dari cara bicaranya, kentara mengarah ke Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).

“Ketika muncul berbagai intimidasi, agar tidak dilakukan pemecatan terhadap sosok yang memiliki ambisi kekuasaan sehingga konstitusi pun sepertinya mau dilanggar dengan perpanjangan masa jabatan tiga periode, ataupun perpanjangan masa jabatan itu,” kata Hasto dalam keterangannya, Jakarta, Kamis (26/12/2024).

Hasto bahkan mengajak seluruh kader PDIP untuk tidak gentar dalam menghadapi berbagai serangan tersebut. “Untuk itu, kami tidak akan pernah menyerah. Baik mau digunakan suatu proses intimidasi secara formal, maupun dengan cara-cara di luar formal sekalipun, kami sudah menyiapkan risiko-risiko terburuk,” ucapnya.

Dia menuding, apa yang dilakukan KPK saat ini merupakan salah satu upaya penggunaan aparat penegak hukum dalam membungkam kritik-kritik PDIP kepada penguasa. Menurutnya, aparat penegak hukum dikerahkan untuk melakukan intimidasi serta sumber-sumber daya negara juga digunakan demi kepentingan politik praktis. “Maka pilihan untuk menghadapi tembok tebal kekuasaan itu wajib dilakukan oleh kader-kader PDI Perjuangan,” ujarnya.

Sayangnya dalam pernyataannya ini, Hasto tak sedikitpun memberikan jawaban atas segala dugaan yang dipaparkan oleh KPK, mulai dari mengondisikan saksi bicara bohong saat diperiksa atau perintahkan Harun Masiku merendamkan ponsel guna menghindari kejaran tim penyidik KPK.

Dia malah bawa-bawa Presiden pertama Soekarno. Hasto menggambarkan dirinya adalah pejuang demokrasi, murid Bung Karno. Agar terlihat lebih meyakinkan, dia pun mengutip buku biografi Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, karya Cindy Adams. Menurutnya, dalam bab 9 buku tersebut adalah gambaran kondisinya saat ini.

“Demi cita-cita Indonesia merdeka, demi rakyat berdaulat bisa berserikat, berkumpul, dan menyampaikan pendapatnya, maka penjara pun adalah suatu jalan dan bagian dari pengorbanan terhadap cita-cita,” ucapnya.

Bahkan dengan sesumbar, Hasto bilang ancaman penjara tak akan menyurutkan perlawanan. “Karena sebagaimana dilakukan oleh Bung Karno, masuk penjara adalah bagian dari pengorbanan cita-cita. Risiko apapun, siap kita hadapi dengan kepala tegak dan mulut tersenyum. Terima kasih. Merdeka!” ujar dia.(Sumber)