Seperti namanya, serabi ngampin berasal banyak ditemui di sepanjang jalan Pasar Ngampin di Semarang. Kuliner tradisional ini berasal dari dari Desa Ngampin, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Olahan satu ini memiliki rasa manis dan tekstur lembut berbentuk lingkaran sebesar telapak tangan.
Jika melewati jalan Mgr. Soegijapranata, Kawan GNFI bisa melihat jajaran warung berwarna hijau. Di sana terdapat 70 warung yang selalu ramai karena salah satu olahannya yaitu serabi ngampin.
Jika kalian bertanya ke sejumlah pedagang, beberapa mungkin akan bercerita jika mereka sudah berjualan sejak lama dan selalu ramai pembeli, apalagi di bulan Ramadhan.
Seperti salah satunya pedagang yang bernama Ponira. Dilansir dari Detik, dirinya sudah berjualan dari 17 tahun lalu, tetapi sebelumnya warung ini sudah dikelola oleh ibunya. Pedagang ini menjual seporsinya dengan Rp6.000,- per 5 serabi. Dirinya memang hanya berjualan serabi ngampin dan tape ketan. Setiap harinya dia berjualan dari pagi hingga malam.
Yang berbeda dari serabi pada umumnya, serabi ngampin disajikan dengan kuah santan dan gula jawa. Rasanya gurih dan beraroma smokey, ukurannya relatif kecil. Olahan ini biasanya lebih banyak dijual saat bulan Ramadhan menjelang buka puasa.
Metode pengolahan serabi ngamping terbilang masih cukup tradisional, yaitu menggunakan tungku kecil yang dibakar dengan kayu bakar. Setelah jadi, barulah serabi disiram kuah gurihnya.
Serabi sendiri adalah olahan asli Indonesia yang diperkirakan sudah ada sejak zaman kerajaan Mataram. Ini dibuktikan dengan adanya penyebutan di Serat Centhini, karya sastra yang ditulis oleh para pujangga keraton Surakarta atas perintah Pakubuwana V.
Serabi memiliki banyak varian dari beberapa daerah. Seperti diantaranya ada serabi jakarta yang lebih dikenal dengan kue ape, serabi minang atau pinukuik dan serabi bandung.
Sedangkan serabi ngamping dikenal sejak tahun 1970, ketika olahan makanan ini saat itu menjadi olahan favorit di tradisi ruwah dan tradisi padusan. Keduanya adalah tradisi di Jawa yang berlangsung menjelang bulan Ramadhan tiap tahunnya.
Saat 15 hari sebelum Ramadhan, di tahun 70-an tradisi ruwah adalah penyucian yang dipercaya jika melakukan ritual mandi, berjalan kaki, dan setelahnya makan serabi ngampin di Sendang Condong, maka di bulan Ramadhan dirinya akan dimudahkan dalam mencari jodoh.
Menurut salah satu yang berjualan di Jl. Ngamping sejak tahun 70-an, kini serabi ngampin tak hanya dijual saat bulan Ramadhan. Bahkan beberapa di antaranya dijual di luar Jawa Tengah.
Selain membelinya, cara untuk membuat serabi terbilang cukup mudah. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat adonannya ada:
25 gram tepung terigu
125 gram tepung beras
450 ml santan kental
1 telur ayam
25 gram gula pasir
1/2 sdt garam
2 lembar daun pandan
1 sdt ragi instan
Bahan untuk kuahnya:
2 lembar daun pandan
600 ml santan kental
1/4 sdt garam