Utsman bin Affan RA adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang dikenal dengan kepribadiannya yang mulia dan cintanya yang mendalam terhadap Islam. Ia termasuk dalam jajaran Khulafaur Rasyidin dan menjadi khalifah ketiga setelah wafatnya Umar bin Khattab RA.
Menurut Abdul Syukur al-Azizi dalam buku Utsman bin Affan RA, beliau memiliki nasab mulia, yaitu Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umaiyah bin Abdusy Syams bin Abdul Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luwa’i bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan.
Lahir enam tahun setelah Tahun Gajah, yaitu pada tahun 47 sebelum hijriah atau sekitar 579 Masehi, Utsman bin Affan tumbuh dalam lingkungan menjunjung tinggi akhlak. Ia lahir di Thaif, sebuah daerah subur di kawasan Hijaz. Beliau juga memiliki seorang saudari bernama Aminah binti Affan.
Sebagai pemimpin umat Islam, Utsman bin Affan RA menunjukkan banyak keteladanan yang membuktikan kecintaannya kepada agama. Keteladanan tersebut tentu saja bisa menjadi contoh bagi kita umat Islam untuk meneladani sifat-sifat baik dari sang khalifah.
Keteladanan Usman bin Affan
Ada banyak hal-hal positif yang patut kita teladani dari seorang Usman bin Affan. Dirangkum dari buku Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak oleh Drs. H. Masan, berikut adalah contoh keteladanan Usman bin Affan.
1. Kepeduliannya Terhadap Agama dan Umat
Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah ketiga setelah wafatnya Umar bin Khattab. Penunjukan ini didasari oleh akhlaknya yang mulia serta ketulusan hatinya dalam membela dan menyebarkan ajaran Islam.
Selama masa kepemimpinannya, Utsman bin Affan melakukan banyak upaya demi kemajuan Islam. Salah satu kontribusi besarnya adalah membentuk tim khusus untuk menyalin dan menerbitkan Al-Qur’an, yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit.
Langkah ini diambil karena ia khawatir umat Islam akan mengalami perbedaan dalam membaca Al-Qur’an akibat tidak adanya susunan baku dan munculnya perbedaan dalam pelafalan.
Langkah awal yang diambil Utsman bin Affan adalah mengumpulkan seluruh naskah Al-Qur’an yang dimiliki oleh masyarakat. Sebab, naskah-naskah tersebut dikhawatirkan memiliki perbedaan dengan yang asli.
Selanjutnya, dilakukan proses penyalinan dan penyusunan ulang berdasarkan naskah yang dimiliki oleh Hafsah binti Umar, yang diketahui terjaga dengan baik. Hasil akhir dari proses ini dikenal dengan nama Mushaf Al-Imam atau Mushaf Utsmani, yang kemudian dijadikan acuan standar dalam bacaan Al-Qur’an di kalangan umat Islam.
2. Sifat Dermawan
Utsman bin Affan dikenal luas sebagai pribadi yang sangat dermawan. Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar, Kota Mekah mengalami musim kemarau panjang yang menyebabkan krisis pangan. Saat itu, kafilah dagang milik Utsman tiba dari Syam, membawa pasokan makanan dengan 1.000 ekor unta.
Sebelum kafilah tersebut memasuki kota, para pedagang Mekah mencoba membeli seluruh muatan dagangan dengan tawaran keuntungan besar. Namun, Utsman menolak tawaran tersebut karena sejak awal ia telah berniat menyumbangkan seluruh barang dagangannya kepada kaum fakir miskin yang membutuhkan.
3. Keteguhan Akidah
Ketika Utsman bin Affan memeluk Islam, pamannya yang bernama Al Hakam bin Abil Ash begitu marah. Ia pun mengikat dan mencambuk Utsman berulang kali dalam upaya memaksanya kembali kepada kepercayaan lama mereka.
Namun, Utsman tetap teguh memegang keyakinannya dan tidak tergoyahkan sedikit pun untuk meninggalkan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
Melihat keteguhan hati Utsman yang tak bisa dipatahkan, akhirnya sang paman menyerah dan melepaskannya. Kisah ini menjadi bukti nyata atas kecintaan mendalam Utsman bin Affan terhadap Islam.
4. Keberanian
Khalifah Utsman bin Affan menunjukkan keberaniannya saat menghadapi pasukan Romawi di Afrika Utara, yang jumlahnya mencapai 120.000 prajurit dengan persenjataan lengkap.
Seiring meluasnya wilayah kekuasaan Islam yang banyak berbatasan dengan laut, Utsman mengambil langkah strategis dengan membentuk armada laut, sehingga pasukan Muslim mampu meraih kemenangan dalam berbagai pertempuran laut.
5. Sederhana dan Rendah Hati
Meskipun Utsman bin Affan termasuk orang yang sangat kaya, ia tidak pernah menjalani hidup dengan berlebihan. Gaya hidupnya tetap sederhana dan penuh kesahajaan, baik dalam hal berpakaian, makanan, maupun tempat tinggal.
Syurahbil bin Muslimin pernah meriwayatkan bahwa Utsman sering menjamu tamu dengan hidangan yang mewah seperti layaknya penguasa, namun saat berada di rumah, ia hanya menyantap roti bersama cuka atau minyak.
Kelima sifat Utsman bin Affan RA merupakan akhlak terpuji yang mencerminkan keimanan dan kecintaan sejati kepada Islam. Meneladani sifat-sifat tersebut akan membentuk pribadi Muslim yang tangguh, berintegritas, serta mampu menciptakan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang harmonis dan penuh keberkahan.
Wallahu a’lam.