Wisata  

Bukan Lagi Juara! Indonesia Turun Peringkat 5 Destinasi Wisata Ramah Muslim Dunia

Indonesia harus melepas posisi juara dalam destinasi wisata ramah muslim dunia. Berdasarkan, laporan Global Muslim Travel Index (GMTI) 2025 yang dirilis Mastercard-Crescent Rating, Indonesia kini berada di posisi kelima.

Padahal, dalam satu dekade terakhir, Indonesia bisa mempertahankan posisi juara atau posisi tiga besar dalam kategori ini. Namun tahun ini, harus turun empat peringkat di bawah negara Turki, Saudi Arabia, United Arab Emirates, dan Malaysia.

“GMTI adalah indeks tahunan yang disusun oleh Mastercard dan CrescentRating untuk mengukur performa destinasi wisata global dalam menarik wisatawan Muslim,” kata Pakar Strategi Pariwisata Nasional san juga Founder Yayasan Inovasi Pariwisata Indonesia Taufan Rahmadi, Minggu (15/6/2025).

Dia mengatakan, Indeks ini menilai berbagai dari berbagai aspek seperti aksesibilitas, lingkungan ramah Muslim, layanan, hingga komunikasi pemasaran. Setiap tahunnya, GMTI menjadi barometer penting dalam membaca arah perkembangan industri pariwisata halal dunia.

Menurutnya, turunnya Indonesia dari posisi pertama menjadi kelima dalam GMTI 2025 menunjukkan meningkatnya persaingan global yang kian kompleks.

Negara-negara seperti Turki, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab melakukan lompatan signifikan, mencerminkan investasi besar dalam infrastruktur, promosi digital, dan ekosistem halal yang terintegrasi.

“Dalam satu dekade terakhir, Indonesia dan Malaysia menjadi dua kekuatan utama dalam destinasi wisata Muslim. Malaysia secara konsisten mempertahankan posisi nomor satu sejak 2015, hanya sempat berbagi tempat dengan Indonesia pada 2019, 2023, dan 2024. Namun pada 2025, Indonesia turun ke peringkat kelima, sementara Malaysia kembali menempati posisi puncak secara tunggal,” jelasnya.

Dalam hal ini, prestasi tertinggi Indonesia tercapai pada 2019 dan mampu bertahan hingga 2024. Namun, tahun ini menjadi tanda peringatan bahwa keunggulan Indonesia tidak bisa dipertahankan tanpa inovasi, dan konsistensi pelayanan.

Dia menekankan, tahun 2025 diperkirakan akan mencatat 186 juta kunjungan wisatawan Muslim internasional dengan melanjutkan tren pertumbuhan dari 2024. Dalam jangka panjang, jumlah ini diproyeksikan mencapai 245 juta pada 2030, dengan total pengeluaran wisatawan mencapai USD 235 miliar.

Hal ini menegaskan, besarnya dampak ekonomi dari sektor wisata Muslim secara global. Dengan potensi ekonomi yang besar, sektor ini menjadi pasar strategis yang yang patut diperhitungkan dalam lanskap industri pariwisata dunia.

“Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya permintaan terhadap wisata halal, Tren ini bahkan berkembang di negara-negara non-Muslim, memperluas peta destinasi yang menarik bagi wisatawan Muslim,” tegasnya.