PAN dan Konflik Keluarga Amien Rais

Konflik tak kunjung selesai bagi Partai Amanat Nasional (PAN), pascaterpilihnya Zulkifli Hasan atau Zulhas sebagai ketua umum periode 2020-2025.

Hal itu terlihat dari mendadaknya putra sulung Amien Rais, Ahmad Hanafi Rais yang mengundurkan diri dari partai berlambang matahari itu.

Dalam surat tertanggal 5 Mei 2020, Hanafi menyatakan mengundurkan diri dari posisi Wakil Ketua Umum PAN dan Ketua Fraksi PAN DPR. Tak jelas alasan pasti ia melakukan hal tersebut, namun putra sulung Amien itu menyoroti Kongres V yang digelar di Kendari, Sulawesi Tenggara.

“Saya menilai PAN melewatkan momentum di atas untuk memperbaiki diri lebih bijaksana dalam berorganisasi dan bersikap,” ujar Hanafi, Selasa (5/5).

Mundurnya Hanafi rupanya dikeluhkan oleh sang adik, Ahmad Mumtaz Rais. Menurutnya, sang kakak tak memiliki kedewasaan dalam berpolitik lewat keputusannya itu.

Hasil Kongres harusnya tak menjadi alasan untuk mundur. Apalagi sebelum mengundurkan diri, Hanafi sudah masuk dalam kepengurusan PAN sebagai wakil ketua umum.

“Sebagai rekan berpartai sungguh kami sangat menyayangkan keputusan tersebut karena kedewasaan dalam berpolitik tidak ditunjukkan oleh saudaraku Hanafi Rais,” ujar Mumtaz.

Mumtaz sendiri merupakan anak ketiga dari Amien. Namun dalam kongres, ia mendukung Zulhas sebagai ketua umum PAN periode 2020-2025. Ia juga merupakan menantu dari Zulhas.

Setelah ia menikahi putrinya yang bernama Futri Zulya Savitri, pada 2011. Sejak saat itulah, Amien dan Zulhas resmi menjadi besan.

Tetapi dalam kongres, Amien mendukung Mulfachri Harahap pada pemilihan ketua umum PAN. Seandainya Mulfachri terpilih, rencananya Hanafi akan menempati posisi Sekretaris Jenderal partai. Namun nasib berkata lain, saat ia kalah dari Zulhas dengan selisih 106 suara.

Sebelum pelaksanaan kongres, Mumtaz menceritakan adanya sikap bawa perasaan atau “baper” politik yang ditunjukkan oleh keluarga terhadapnya. Hal ini ditunjukkan khususnya oleh Hanafi, Hanum Salsabiela Rais, dan Tasnim Fauziah Rais.

Perbedaan politik, kata Mumtaz, membuatnya diusir dari kediaman Amien di Jalan Pandean Sari, Yogyakarta. Bahkan, ia mengaku mengalami penganiayaan di sana.

“Sebab memang jalan yang diambil sudah berbeda sejak insiden Pandean, yakni kejadian pengusiran serta penganiayaan kepada saya pada Februari 2020,” ujar Mumtaz.

Ia mengaku optimistis terhadap PAN meski ditinggal oleh sang kakak, Hanafi. Menurutnya, ini adalah momentum agar partai memunculkan kader yang gahar dan potensial dalam berpolitik.

“Saya memang masih cukup muda dalam berpolitik, namun saya paham tata krama. Saya tidak menganut mental mutungan, cengeng, dan melodramatik dalam berjuang untuk kebaikan,” ujar Mumtaz.

Sebelum mundurnya Hanafi dari PAN, konflik keluarga juga terjadi antara Zulhas dan Amien pascakongres yang digelar pada Maret lalu.

Amien menyebut, besannya itu melakukan hal-hal yang tidak pantas selama pelaksanaan forum lima tahunan partai. Sebab, banyak AD/ART yang dilanggar olehnya.

Tak segan, ia menyebut kongres tersebut menyuguhkan demokrasi jadi-jadian. Bahkan yang terburuk dalam sejarah dan karier Amien dalam berpolitik.

“Jelas ada kekuatan luar yang ikut merusak, menghancurkan PAN ini. Jadi pesan saya kepada Pak Zul Hasan, tolong Pak Zul jangan dilanjutkan cara-cara yang kemarin itu,” ujar Amien dalam video yang diunggahnya.

Jika cara tersebut dilanjutkan oleh Zulhas, kata Amien, bukan tak mungkin PAN akan hancur di bawah kepemimpinan mantan Menteri Kehutanan itu.

“Resep kehancuran PAN itu akan ada di tangan Anda. Jadi Anda ada solusi, selalu ada jalan tengah. Jangan main seperti kemarin, ini bangsa Indonesia melototi partai kita ini,” ujar Amien.

Melihat konflik yang terjadi di keluarga Amien, Ketua Dewan Pakar PAN Drajad Wibowo meyakini hubungan keluarga tersebut akan kembali harmonis. Sebab, kedua orang tersebut dibutuhkan dalam memperbaiki partai berlambang matahari itu.

“Saya yakin pak Amien dan Bang Zul nanti akan bisa kembali akrab seperti dulu. Selain beliau berdua masih satu keluarga besar dan punya cucu bersama,” ujar Drajad.

Ia juga meminta Hanafi untuk mempertimbangkan kembali keputusannya untuk mundur dari PAN. Pasalnya, Zulhas mengakui bahwa putra sulung Amien itu merupakan sosok kader yang potensial. {republika}