Ida Dayak dan Minyak Bintang: Fenomena, Kontroversi dan Kepercayaan Pada Pengobatan Tradisional Yang ‘Mujarab’

Nama Ida Dayak sedang menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat Indonesia. Penyembuh tradisional ala Ida Dayak, yang dikenal dengan pakaian khas suku Dayak dan tutup kepala saat melakukan pengobatan, dianggap dapat menyembuhkan berbagai penyakit fisik hanya dengan sentuhan tangan dan minyak herbal. Mujarab!

Dengan latar belakang budaya dan spiritual Dayak, Ida Dayak menjadi sosok yang menarik perhatian banyak orang, mulai dari pasien yang mencari kesembuhan hingga pengamat kesehatan yang skeptis terhadap metode penyembuhannya.

Ida Dayak sendiri, yang memiliki nama asli Ida Andriyani, berasal dari Pasir Belengkong, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Ia telah lama menekuni dunia pengobatan tradisional, bahkan sebelum menjadi viral seperti sekarang.

Sebelumnya, ia dikenal berkeliling dari pasar ke pasar menawarkan pengobatannya. Namun, popularitasnya mulai melonjak sejak aksinya di media sosial menarik perhatian banyak orang. Pengobatan yang ia lakukan kini menarik ribuan orang yang berharap bias sembuh dari berbagai penyakit yang sulit disembuhkan dengan metode medis modern.

Fenomena Ida Dayak di Tengah Masyarakat
Pengobatan tradisional di Indonesia bukanlah hal baru. Kementerian Kesehatan telah lama mengakui pengobatan tradisional sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan alternatif, dengan tujuan untuk melengkapi pengobatan modern. Namun, pengobatan alternatif selalu berada di garis tipis antara kepercayaan masyarakat dan skeptisisme sains.

Dalam konteks ini, Ida Dayak menawarkan sesuatu yang tampak mistis: pengobatan tanpa biaya dan hanya dengan bantuan minyak tradisional bernama “minyak bintang” seharga Rp50.000 per botol.

Minyak bintang yang dipakai oleh Ida Dayak adalah minyak tradisional yang diwariskan secara turun-temurun dari leluhur Dayak di Kalimantan. Minyak ini disebut-sebut memiliki khasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit, mulai dari patah tulang, stroke, hingga saraf kejepit. Penggunaan minyak ini dalam pengobatan tradisional semakin memperkuat kepercayaan masyarakat akan khasiatnya.

Dalam praktiknya, Ida Dayak melakukan pengobatan dengan menggunakan tangannya untuk “meluruskan” tulang atau mengatasi cedera pada bagian tubuh tertentu. Ini adalah klaim yang sangat menarik bagi masyarakat yang sudah putus asa dengan pengobatan medis atau yang tidak mampu membayar biaya pengobatan modern yang mahal.

Dalam berbagai video yang viral di media sosial, terlihat bagaimana pasien-pasiennya tampak mengalami “pemulihan instan” setelah diobati Ida Dayak, yang semakin menambah keyakinan masyarakat akan kemampuannya.

Pandangan Medis: Antara Skeptisisme dan Kekhawatiran
Namun, di balik antusiasme masyarakat yang berbondong-bondong menemui Ida Dayak, terdapat banyak kritik dari kalangan medis. Salah satu dokter ortopedi yang secara terbuka mengomentari metode Ida Dayak adalah Dr. Omar Luthfi, SpOT (K) Spine. Menurut Dr. Omar, klaim meluruskan tulang atau mengobati patah tulang secara instan dengan metode tradisional tidak bisa dijelaskan dengan sains modern.

Omar menyebut bahwa tindakan meluruskan tulang tanpa pengetahuan medis yang memadai dapat berisiko tinggi, seperti menyebabkan cedera pada otot atau bahkan memperparah kondisi pasien. Menurutnya, dalam dunia medis, penanganan patah tulang atau kondisi tulang lainnya melibatkan analisis yang kompleks, yang tidak hanya melibatkan tulang tetapi juga struktur lain seperti otot dan saraf.

Pengobatan medis dilakukan dengan perencanaan yang matang, berdasarkan bukti ilmiah yang sudah diuji selama bertahun-tahun. Penggunaan teknik-teknik seperti robotic spine surgery untuk kondisi-kondisi kompleks adalah contoh bagaimana teknologi modern dapat meningkatkan presisi dan hasil pengobatan yang minim risiko dan komplikasi.

Reaksi dari Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan Indonesia atau kemenkes juga memberikan tanggapan terkait fenomena pengobatan tradisional ini. Dr. Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, menyebut bahwa masyarakat perlu berhati-hati dalam memilih pengobatan.

Menurut Nadia, pengobatan tradisional memang boleh saja dilakukan, namun harus diimbangi konsultasi medis yang memadai agar tidak memperburuk kondisi pasien, terutama bagi mereka yang menderita penyakit kronis seperti kanker atau penyakit serius lainnya.

Nadia menekankan pentingnya edukasi masyarakat tentang risiko dan manfaat dari pengobatan alternatif. Banyak kasus di mana pasien yang memilih pengobatan alternatif akhirnya terlambat mendapatkan perawatan medis yang sebenarnya diperlukan, sehingga mengurangi peluang kesembuhan. Hal ini menjadi tantangan besar bagi sistem kesehatan di Indonesia, terutama di daerah yang akses terhadap fasilitas medis masih terbatas.

Fenomena Pengobatan Alternatif di Indonesia
Fenomena pengobatan alternatif seperti yang dilakukan Ida Dayak mencerminkan ketergantungan masyarakat pada praktik-praktik non-medis, terutama di daerah-daerah dengan akses layanan kesehatan terbatas.

Penelitian Pengpid dan Peltzer (2015) mencatat sekitar 24,4% penduduk Indonesia menggunakan pengobatan tradisional dalam sebulan terakhir. Penggunaan ini lebih tinggi pada kelompok masyarakat dengan umur lebih tua, yang tinggal di daerah perkotaan, dan yang memiliki kondisi penyakit kronis seperti kanker atau rematik.

Salah satu alasan mengapa pengobatan alternatif seperti yang dilakukan Ida Dayak menjadi begitu populer adalah karena biaya pengobatan modern yang mahal. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan BPS menunjukkan bahwa pengeluaran untuk pengobatan alternatif jauh lebih rendah dibandingkan pengobatan medis di rumah sakit atau klinik modern. Ini menjadi faktor utama bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan finansial untuk mencari alternatif pengobatan yang lebih terjangkau.

Kasus Penyalahgunaan Popularitas Ida Dayak
Popularitas yang diperoleh Ida Dayak tidak hanya membawa manfaat, tetapi juga menjadi sasaran bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Ada beberapa laporan tentang oknum yang mengaku sebagai kerabat atau perwakilan Ida Dayak, lalu menjual nomor antrean pengobatan dan mengumumkan pengobatan massal fiktif untuk mengambil keuntungan dari masyarakat yang membutuhkan pengobatan. Hal ini tentu sangat merugikan, terutama bagi mereka yang sudah berharap tinggi akan kesembuhan.

Fenomena ini juga menggarisbawahi pentingnya kewaspadaan masyarakat dalam menghadapi pihak-pihak yang mencoba memanfaatkan situasi untuk keuntungan pribadi. Pemerintah dan otoritas setempat perlu mengambil langkah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak menjadi korban penipuan berkedok pengobatan alternatif.

Tantangan bagi Literasi Kesehatan
Literasi kesehatan di Indonesia masih menjadi tantangan besar, terutama dalam hal pemahaman masyarakat tentang pengobatan alternatif. Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro dalam studinya di Kota Semarang menemukan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat literasi kesehatan yang bermasalah.

Hal ini menyebabkan banyak masyarakat yang belum dapat membuat keputusan yang tepat terkait kesehatan mereka, terutama saat dihadapkan pada klaim-klaim pengobatan yang terdengar menjanjikan.

Rendahnya literasi kesehatan ini membuat masyarakat lebih rentan terhadap klaim-klaim pengobatan alternatif yang tidak didukung bukti ilmiah. Padahal, kemampuan untuk memahami informasi kesehatan dengan benar sangat penting agar seseorang bisa memilih pengobatan yang sesuai dan aman bagi kondisi kesehatannya.

Kesimpulan
Ida Dayak adalah fenomena yang menarik di Indonesia, terutama dalam konteks pengobatan alternatif yang memadukan budaya, spiritualitas, dan kepercayaan masyarakat. Metode pengobatannya yang tidak memungut biaya, penggunaan minyak herbal, dan penampilan tradisionalnya menjadi daya tarik tersendiri di tengah-tengah keterbatasan akses kesehatan yang dihadapi masyarakat.

Namun, klaim-klaim penyembuhan yang dilakukan Ida Dayak, terutama dalam hal memperbaiki tulang atau mengatasi cedera fisik secara instan, menimbulkan banyak kontroversi, terutama dari kalangan medis.

Kasus ini juga mencerminkan bagaimana pengobatan tradisional dan alternatif masih memiliki tempat di Indonesia, terutama di kalangan masyarakat dengan keterbatasan akses dan biaya untuk layanan kesehatan modern.

Namun, penting untuk diingat bahwa pengobatan alternatif harus dijalani dengan kehati-hatian dan tidak boleh mengesampingkan pentingnya konsultasi dan perawatan medis yang tepat.

Dengan fenomena Ida Dayak yang terus berkembang, perlu ada upaya edukasi yang lebih intensif dari pihak pemerintah dan tenaga medis untuk meningkatkan literasi kesehatan di masyarakat. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap orang dapat membuat keputusanmahasiswa dapat membuat keputusan yang tepat terkait kesehatan mereka.

Pengamat Sosial Budaya, Achmad Annama Chayat