46.600 Babi Mati, Dinkes Sumut Pastikan Virus Kolera Tidak Tulari Manusia

Sedikitnya 46.600 babi ternak mati akibat wabah Hog Cholera atau kolera babi dan African Swine Fever (ASF) sejak September 2019 silam hingga saat ini.

Sebagian babi ternak yang mati itu sempat meresahkan masyarakat. Hal itu karena para peternak membuang bangkai babi sembarangan ke sungai, danau dan jalan umum.

Bau menyengat dari bangkai babi dikeluhkan masyarakat yang tinggal di dekat lokasi bangkai babi yang dibuang.

Pihak kepolisian juga telah beberapa kali mengamankan oknum-oknum peternak dan kurir yang membuang bangkai babi sembarangan.

Terkait kematian babi akibat virus tersebut, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemprov Sumatera Utara (Sumut), Alwi Mujahit Hasibuan memberikan penjelasan bahwa virus kolera babi tidak menular ke manusia.

“Sampai sekarang tidak ada bukti virus kolera babi menular ke manusia. Kalau ada dugaan muncul pasti tidak ada bukti,” terang Alwi.

Dia menerangkan, virus kolera babi dan ASF hanya menular ke hewan ternak babi saja melalui udara. Sedangkan kekhawatiran masyarakat terhadap babi mati akibat virus itu karena kasus pembuangan bangkai yang sembarangan.

“Masyarakat khawatir bangkai babi dibuang sembarangan karena mencemari lingkungan sekitar,” terangnya.

Bangkai Babi
Dia menerangkan, dampak pencemaran lingkungan akibat bangkai babi bisa mengganggu kesehatan manusia yang terdampak.

“Kalau air tercemar (akibat bangkai di buang ke sungai dan danau) tentu bisa mempengaruhi kesehatan yang terdampak. Lalu bau bangkai juga mengganggu. Tapi kalau untuk virus kolera babi tidak menular ke masyarakat,” pungkas Alwi.

Hingga kini terdata sebanyak 46.600 kasus babi ternak mati di 18 kabupaten dan kota yakni Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Langkat, Batubara, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Simalungun, Karo, Pakpak Bharat, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Humbang Hasundutan, Samosir, Toba Samosir, dan Dairi. [okezone]