Setiap manusia pasti memiliki ujian hidup masing-masing. Ketika menjalani ujian hidup, jangan pernah putus asa dari rahmat Allah. Sebab, salah satu tanda orang yang beriman yaitu tidak berputus asa dalam menjalani ujian dari Allah. Sebab, Allah merupakan sebaik-baiknya penolong para hambaNya.
Larangan Putus Asa dari Rahmat Allah
Sikap putus asa berkaitan dengan kufur yang mengingkari nikmat Allah. Umat Islam yang berputus asa umumnya hanya memikirkan nikmat yang hilang atau harapannya tidak terwujud. Padahal nikmat Allah jauh lebih besar, namun terkadang umat Islam lupa untuk bersyukur.
Sikap putus asa berkaitan erat dengan kekufuran sebagaimana penjelasan pada ayat Al Qur’an berikut ini:
“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut darinya, pastilah dia menjadi berputus asa lagi tidak berterima kasih.” (Surah Hud ayat 9)
Putus asa merupakan kondisi seseorang merasa kehilangan harapan akibat cobaan. Kondisi seperti ini terjadi karena tidak siap menerima keadaan dengan lapang dada. Dalam Islam, putus asa merupakan sikap yang muncul ketika sedang kehilangan arah. Keadaan ini menjadi ciri khas kaum kafir ketika menerima cobaan.
Oleh karena itu, terdapat larangan putus asa dari rahmat Allah. Umat Islam dianjurkan berlapang dada ketika menerima segala ketetapan Allah atau qanaah.

Pahala Bersabar Ketika Menghadapi Ujian
Sobat Cahaya Islam yang sedang mendapatkan musibah tidak boleh memiliki angan-angan untuk cepat mati karena tak sanggup menanggung beban tersebut. Jika terbersit keinginan tersebut pada hakikatnya merupakan kebohongan dan kesesatan dari ajaran agama Islam. Simak isi hadits tentang putus asa berikut ini:
“Janganlah salah seorang dari kalian meninggal kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Muslim no. 5125)
Ketika seorang muslim bisa bersabar ketika menghadapi kesulitan, maka akan mendapatkan dua pahala kebaikan, yaitu:
1. Dosa-dosanya Terhapus
Sobat Cahaya Muslim yang tidak putus asa dari rahmat Allah, maka dosa-dosanya yang telah berlalu akan dihapuskan oleh Allah. Sekecil apapun, setiap musibah merupakan ketetapan Allah. Setiap musibah pada manusia, pada akhirnya akan menjadi sebab terhapusnya dosa.

2. Mendapatkan Pahala Bersabar
Jika umat Islam mendapatkan taufik dan hidayah untuk bersabar, maka akan mendapatkan pahala sabar. Pahala bersabar tidak ternilai dan tidak ada batasannya. Sabar tidak ada batasannya, maka pahala yang didapatkan juga tidak terbatas. Hal tersebut sesuai dengan kaidah bahwa balasan bersabar sesuai dengan amal perbuatan.
Ketika balasan pahala sabar tidak ada batasannya, maka isyarat sabar tidak memiliki batas. Oleh karena itu, sikap seorang muslim ketika menerima ujian atau musibah yaitu harus bersabar dan mendapatkan pahala. Setelah adanya kesulitan, pasti akan datang berbagai kemudahan sesuai janji Allah.
Peran Rahmat Allah dalam Kehidupan Sehari-hari
Larangan putus asa dari rahmat Allah bukan tanpa alasan, sebab rahmat merupakan sifat yang sangat penting dan melibatkan segala aspek kehidupan. Berikut ini peran rahmat dalam kehidupan sehari-hari yang patut Sobat Cahaya Islam renungkan seperti berikut ini:
1. Empati dan Belas Kasihan
Rahmat memiliki makna sebagai sikap empati dan belas kasihan terhadap sesama. Ketika menunjukkan sikap rahmat sama halnya dengan memahami dan merasakan apa yang orang lain rasakan.
2. Teladan Tindakan yang Baik
Menjadi pribadi yang penuh rahmat mencakup melakukan tindakan-tindakan baik untuk membantu sesama. Ketika umat Islam melakukan kebaikan, maka sama halnya dengan menyebarkan rahmat.
Larangan putus asa dari rahmat Allah dalam ajaran Islam memiliki makna mendalam. Sebab, sikap putus asa merupakan tanda orang yang tidak beriman. Selain itu, mensyukuri rahmat Allah ternyata memiliki beragam manfaat dalam kehidupan sehari-hari.