PDIP Diprediksi Bakal Pecah Jika Megawati Tak Lagi Ketua Umum

Ketum PDIP Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengaku pernah bercerita pada Presiden Jokowi ingin berhenti dari posisinya sebagai ketum karena sudah berumur. Namun, keinginannya dilarang oleh Jokowi karena PDIP masih membutuhkannya.

Menanggapi keinginan Megawati tersebut, Pengamat Politik Ujang Komaruddin menilai, PDIP bisa terpecah jika Megawati turun dari posisi ketum. Sebab dia, sosok Megawati sangat kuat di PDIP.

Oleh sebab itu, Megawati mulai harus mempersiapkan regenerasi kepemimpinan di tubuh partai saat ini.

“Mestinya harus ada regenerasi ya, harus ada peremajaan di PDIP karena kita tahu Megawati sudah terlalu lama memimpin PDIP. Saya melihat ada persoalan ketika Megawati turun. Bisa jadi nanti partai ini akan pecah, tercabik-cabik karena terlalu banyak faksi,” kata Ujang, Kamis (21/4).

“Jadi, di satu sisi butuh regenerasi, butuh kepemimpinan baru, lebih fresh, lebih muda. Tapi di sisi lain ada ketakutan perpecahan membayang-bayangi PDIP,” lanjut dia.

Ujang khawatir, pengganti Megawati kelak tidak sekuat presiden kelima RI tersebut. Pergantian ini, kata dia, dikhawatirkan hanya akan membuat PDIP melemah jika regenerasi kepemimpinan tidak matang.

Ia menduga, hal ini jugalah yang dipikirkan oleh Megawati. “Ini yang menjadi pikirannya Megawati kelihatannya. Karena kalau sudah siap PDIP itu, Megawati pasti akan turun kok,” kata dia.

“Apa pun yang terjadi, mestinya Megawati mempersiapkan regenerasi itu agar nanti tidak menjadi persoalan. Artinya tidak kaget gitu kalau nanti ada sosok yang memang penggantinya. Sudah dikader untuk antisipasi konflik atau perpecahan yang ada di PDIP,” kata dia.

Lalu, siapa yang bakal menjadi pengganti Megawati? Apakah anaknya? Puan Maharani atau Prananda Prabowo? Atau malah sosok lain di luar trah Soekarno?

Ujang memprediksi pengganti Megawati masih dari trah Soekarno. Ia menilai baik Puan maupun Prananda cocok menjadi pengganti Megawati meskipun belum teruji dan terbukti.

Namun, ia mengingatkan, siapa pun pengganti Megawati, harus bisa menghindarkan dan meredam PDIP dari perpecahan internal.

“Pantas atau tidak pantas hanya waktu yang menjawab. Karena hebatnya seseorang kita nilai ketika sudah menjabat. Kalau sekarang belum kelihatan karakter, gaya kepemimpinannya,” jelas dia.

Ujang yakin tampuk kepemimpinan PDIP tidak akan berpindah dari trah Soekarno.

“Persoalannya kalau nanti ketua umumnya dipegang di luar trah Soekarno, nanti partai itu bisa diambilalih, nanti keluarga Soekarno tidak bisa banyak berperan lagi,” kata Ujang.

“Karena merekalah pemilik saham PDIP itu dan tentu tidak mau tersingkir begitu saja ketika kepemimpinan itu dipegang yang lain,” tutup dia. {kumparan}